Sabtu, 12 April 2014

PENGANTAR ILMU EKONOMI




















Nambeen & Halimatus
A.      LATAR BELAKANG

 Produksi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menambah nilai guna suatu barang dan dapat pula diartikan sebagai upaya untuk mengubah input menjadi output. Produsen adalah mereka yang melakukan produksi.
Kegiatan produksi  menjamin kelangsungan hidup masyarakat.oleh karena itu harus dilakukan dalam keadaan apa pun baik oleh pemerintah maupun swasta. Namun produksi tidak mungkin bisa berjalan bila tidak ada bahan yang memungkinkan untuk dilakukan proses produksi itu sendiri. Untuk melakukan proses produksi memerlukan tenaga manusia, sumber-sumber daya alam, modal , serta keahlian. Yang semuanya itu biasa disebut faktor produksi.
Teori perilaku produsen memiliki banyak analogi dengan teori prilaku konsumen, Misalnya, bila konsumen mengalokasikan dananya untuk konsumsi, produsen mengalokasikan dananya untuk penggunaan faktor produksi. Karena itu bila keseimbangan produsen tercapai pada saat seluruh anggaran habis terpakai untuk membeli faktor produksi.

B.       PEMBAHASAN
a.    Teori Produksi dengan Model Jangka Panjang dan Pendek
Kegiatan produksi tentunya memerlukan unsur-unsur yang dapat digunakan dalam proses produksi yang disebut faktor produksi. Faktor produksi yang bisa digunakan dalam proses produksi terdiri atas sumberdaya alam, tenaga kerja manusia, modal dan kewirausahaan.

Dan yang dimaksud dengan teori produksi adalah teori yang menjelaskan hubungan antara tingkat produksi dengan jumlah faktor-faktor produksi dan hasil penjualan outputnya.[1]

Di dalam menganalisis teori produksi, kita mengenal 2 hal
, yaitu:
1.                   Produksi jangka pendek, yaitu bila sebagian faktor produksi jumlahnya tetap dan yang lainnya berubah (misalnya jumlah modal tetap, sedangkan tenaga kerja berubah).
2.                   Produksi jangka panjang, yaitu semua faktor produksi dapat berubah dan ditambah sesuai kebutuhan.[2]
Faktor produksi tetap adalah faktor produksi yang jumlah penggunaannya tidak tergantung pada jumlah produksi. Ada atau tidak ada produksi, faktor produksi ini harus ada dan tetap tersedia. Mesin-mesin pabrik adalah salah satu contoh sampai pada interval produksi tertentu jumlah mesin tidak perluh ditambah. Tetapi jika tingkat produksi menurun sampai nol unit, jumlah mesin tidak bisa dikurangi.
Jumlah penggunaan faktor produksi variabel tergantung pada tingkat produksinya. Makin besar tingkat produksi, makin banyak faktor produksi variabel yang digunakan. Begitu juga sebaliknya. Buruh harian lepas di pabrik rokok adalah contohnya. Jika perusahaan ingin meningkatkan produksi, maka jumlah buruh hariannya ditambah. Sebaliknya jika ingin mengurangi produksi, buruh harian dapat dikurangi.
Pengertian faktor produksi tetap dan faktor produksi variable terkait erat dengan waktu yang dibutuhkan untuk menambah atau mengurangi faktor produksi tersebut. Mesin dikatakan sebagai faktor produksi tetap karena dalam jangka pendek (kurang dari setahun) susah untuk ditambah atau dikurangi . sebaliknya buruh dikatakan faktor produksi variable karena jumlah kebutuhannya dapat disediakan dalam waktu kurang dari satu tahun.
Dalam jangka panjang (long run) dan sangat panjang (very long run) semua faktor produksi sifatnya variabel. Perusahaan dapat menambah atau mengurangi kapasitas produksi dengan menambah atau mengurangi mesin produksi. Dalam konteks manajemen, jangka panjang dan jangka sangat panjang berkaitan dengan ukuran waktu kronologis. Misalnya ada kualifikasi yang menyatakan bahwa jangka panjang berkisar antara 5-25 tahun . jangka sangat panjang bila waktunya lebih dari 25 tahun.
Teori produksi tidak mendefinisikan jangka pendek dan jangka panjang secara kronologis. Periode jangka pendek adalah periode produksi di mana perusahaan tidak mampu dengan segera melakukan penyesuaian jumlah penggunaan salah satu atau beberapa faktor produksi. Periode jangka panjang adalah periode produksi dimana semua faktor produksi menjadi faktor produksi variable.
Tenggang waktu jangka pendek setiap perusahaan berbeda-beda tergantung jenis usahanya. Perusahaan yang memproduksi barang-barang modal, periode jangka pendeknya barangkali lima tahun. Sebab perusahaan membutuhkan waktu minimal lima tahun untuk menambah kapasitas produksi dengan menambah mesin. Perusahaan yang bergerak di industri pengolahan, periode jangka pendeknya lebih singkat. Perusahaan yang mengolah makanan kalengan, periode jangka pendeknya lebih singkat. Perusahaan yang mengolah makanan kalengan, periode jangka pendeknya barangkali hanya dua atau tiga tahun.[3]
Adakah perusahaan yang jangka pendeknya kurang dari satu tahun? ada, misalnya restoran, bisa restoran kelas menengah ke bawah yang faktor produksi tetapnya adalah rumah dan peralatan masak/makan. Mereka mampu menyesuaikan kapasitas produksi dalam tempo kurang dari satu tahun. Bahkan pedagang bakso keliling yang faktor produksinya tetap hanya berupa gerobak dorong, mangkok dan kompor, periode jangka pendeknya hanya sebulan.



b.      Model Produksi dengan 1 Faktor yaitu 1 Produksi Variabel
Sebenarnya sangat jarang bahkan tidak ada proses produksi yang hanya menggunakan satu faktor produksi variabel. Pengertian produksi dengan satu faktor produksi variabel adalah pengertian analisis jangka pendek, dimana ada faktor produksi yang tidak dapat diubah.[4] Ketika mencoba memahami proses alokasi faktor produksi oleh perusahaan, ekonomi membagi faktor produksi menjadi barang modal (capital) dan tenaga kerja (labour). Hubungan matematis penggunaan faktor produksi yang menghasilkan output maksimun disebut fungsi produksi.

Q = f (K,L)
Dimana :
Q : Tingkat Output
K : Barang Modal
L : Tenaga kerja / buruh
Dalam model produksi satu faktor produksi variabel, barang modal dianggap faktor produksi tetap. Keputusan produksi ditentuan berdasarkan alokasi efisiensi tenaga kerja.
Produksi Total, Produksi Rata-rata dan Produksi Marginal

Produksi Total
TP : f (K, L)
Dimana :
TP : Produksi Total
K  : Barang Modal (yang dianggap konstan)
L  : Tenaga kerja / buruh
Secara matematis TP akan maksimun apabila turunan pertama dari fungsi nilainya sama dengan nol. Turunan pertama TP adalah MP , maka TP maksimun pada saat MP sama dengan Nol.


Produksi Rata-rata



*     produksi yang secara rata-rata dihasilkan oleh setiap pekerja.
AP : produksi rata-rata
TP : produksi total
L   : tenaga kerja

Produksi Marginal




*     tambahan produksi yang diakibatkan oleh pertambahan satu tenaga kerja yang digunakan. 

MP  : produksi marginal
DTP : pertambahan produksi total
DL   : pertambahan tenaga kerja



Tahapan Produksi
 Tahap I : Penambahan tenaga kerja akan meningkatkan produksi total maupun produksi rata-rata. Karena itu hasil yang diperoleh dari tenaga kerja masih jauh lebih besar dari tambahan upah yang harus dibayarkan. Perusahaan rugi jika berhenti produksi pada tahap ini (slope kurva TP meningkat tajam)
Tahap II : karena berlakunya LDR, baik produksi marjinal maupun produksi rata-rata mengalami penurunan, namun demikioan nilai keduanya masih positif . Penambahan tenaga kerja akan tetap menambah produksi total sampai mencapai nilai maksimun (slope kurva TP daftar sejajar dengan sumbu horizontal).
 Tahap III : perusahaan tidak mungkin melanjutkan produksi karena penambahan tenaga kerja justru menurunkan produksi total. Perusahaan akan mengalami kerugian (slope kurva TP negatif).[5]
Dengan demikian perusahaan sebaiknya berproduksi ditahap II. Yang menjadi pertanyaan adalah dititik mana perusahaan berhenti menambah tenaga kerja ? secara matematis perusahaan akan berhenti menambah tenaga kerja pada saat tambahan biaya (marginal cost) yang harus dibayar adalah sama dengan tambahan pendapatan (marginal revenue) yang diterima. Jika tambahan biaya masih lebih kecil dari tambahan pendapatan, perusahaan akan menambah tenaga kerja. Begitu sebaliknya. Tambahan biaya dalam hal ini adalah upah (wage) tenaga kerja. Tyambahan pendapatan adalah produksi marjinal dikalikan harga jual barang. Jika upah , dinotasikan sebagai W, sedangkan harga jual barang dinotasikan P, maka alokasi tenaga kerja ( faktor produksi) dianggap efisien bila :
 W : MP (P)







c.       Model Produksi dengan 2 Faktor yaitu 2 Produksi Variabel
Dalam bagian ini kita melonggarkan asumsi adanya faktor produksi tetap. Baik barang modal maupun tenaga kerja sekarang bersifat variabel. Namun yang harus diingat bahwa pelonggaran asumsi ini masih tetap terlalu menyederhanakan persoalan. Sebab dalam kenyataan faktor produksi variabel yang digunakan dalam proses produksi lebih dari dua macam. Dalam studi ekonomi yang lebih lanjut, pembahasan alokasi faktor-faktor produksi (lebih dari dua macam faktor produksi) secara efisien akan menggunakan model ekonometrika. Dalam model produksi dua faktor produksi variabel ini, analisis cukup menggunakan penjelasan grafis dan matematika sederhana.[6]

(1)                Isokuan ( isoquant)
isokuan adalah kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi penggunaan dua macam faktor produksi variabel secara efisien dengan tingkat teknologi tertentu, yang menghasilkan tingkat produksi yang sama. Kenapa bentuk kurva Isoquant cekung?
Kurva Isoquant digambarkan berbentuk cekung, bukan garis lurus, karena kombinasi input yang digunakan (kapital & tenaga kerja) tidak bisa menggantikan satu sama lainnya dengan sempurna. Dengan kata lain, perbandingan penggantian input tidak 1:1 (1 nilai kapital diganti dengan 1 nilai tenaga kerja). Karena itu, garis kurva berbentuk cekung untuk menggambarkan bahwa perubahan salah satu input diikuti dengan perubahan relatif nilai input yang lain. kurva akan berbentuk garis lurus jika perbandingan input yang digunakan tepat 1:1, jika nilai 1 modal dikurangi maka harus ditambah dengan nilai 1 tenaga kerja.

kurva yang menggambarkan gabungan tenaga kerja dan modal yang akan menghasilkan satu tingkat produksi tertentu.
Gabungan Tenaga Kerja dan Modal
Untuk menghasilkan 1000 unit produksi

GABUNGAN

TENAGA KERJA

MODAL

TINGKAT PRODUKSI
A
1
6
1000
B
2
3
1000
C
3
2
1000
D
6
1
1000

Asumsi bahwa pembahasan perilaku konsumen, yaitu kurva indiferensi yang menurun dari kiri atas ke kanan bawah dengan (down ward Sloping). Produsen dapat melakukan berbagai kombinasi penggunaan dua macam faktor produksi untuk menjaga agar tingkat produksi tetap. Kesediaan produsen untuk mengorbankan faktor produksi yang satu demi menambah penggunaan faktor produksi yang lain untuk menjaga tingkat produksi pada isokuan yang sama disebut Derajat teknik substitusi faktor produksi atau Marginal Rate Of Technical Substitution (MRTS). MRTS adalah bilangan yang menunjukkan berapa unit faktor produksi K pada tingkat produksi yang sama. L adalah tenaga kerja dan K adalah barang modal, maka MRTSlk adalah beberapa unit tenaga kerja yang harus dikorbankan untuk menambah 1 unit mesin, demi menjaga produksi pada tingkat yang sama. Dasar pertimbangan substitusi faktor produksi adalah perbandingan rasio produktivitas.
 Penurunan Nilai MRTS(diminishing Of MRTS)
Sama hanlnya dengan konsumen , produsen menganggap makin mahal faktor produksi yang semakin langka. Itulah sebabnya mengapa nilai MRTSlk makin menurun (hukum LDR) . dalam kasus tertentu nilai MRTS akan konstal atau nol. MRTS konstan bila kedua faktor produksi bersifat substitusi sempurna. MTRS nol bila kedua faktor produksi mempunyai hubungan proporsional tetap.


Dalam ekonomi, hasil yang semakin menurun ( juga disebut sebagai hasil tambahan yang semakin menurun ) merujuk pada bagaimana nilai penambahan produksi dari sebuah factor produksi mulai mengalami penurunan, saat factor produksi tersebut meningkat, berlawanan terhadap peningkatan yang seharusnya normal diharapkan. Berdasarkan hubungan ini, dalam sebuah system produksi dengan input-input tetap dan variabel, ( seperti ukuran pabrik dan jumah tenaga kerja ), setiap  tambahan unit faktor produksi variabel (yaitu, orang-jam) menghasilkan peningkatan yang semakin mengecil  pada output, yang berarti juga mengurangi produktivitas setiap pekerja. Sebaliknya, memproduksi satu unit output  membutuhkan biaya yang lebih besar (karena jumlah input variabel utama yang digunakan, pengaruhnya sangat kecil).  
Hukum hasil yang semakin menurun di deskripsikan sebagai salah satu hukum terkenal dalam bidang ekonomi. Pada kenyataannya, hukum ini berpusat pada teori produksi, salah satu dari dua bidang utama dalam teori mikro ekonomi neo klasik. Hukum ini menyatakan “Bahwa kita akan semakin mengalami penurunan ekstra output/hasil saat kita terus menambahkan satu input produksi, sementara factor produksi yang lain tetap. Dengan kata lain, tambahan / marginal produksi untuk setiap unit input akan menurun seiring dengan peningkatan jumlah input tertentu sementara input ( factor produksi ) lain tetap. Penjelasan ini menjelaskan dengan gamblang mengapa hukum ini terbukti benar terhadap beberapa masalah.[7]
Hasil yang semakin menurun dan hasil tambahan yang semakin menurun bukanlah hal yang sama. Hasil tambahan yang semakin menurun ditunjukkan pada kurva MPL yang menurun. Output/hasil nya bisa negative ataupun positif. Hasil yang semakin menurun adalah tenaga kerja tambahan menyebabkan penurunan output/hasil yang berarti bahwa MPL bernilai negative. Dengan kata lain, perubahan dalam input tenaga kerja per unit adalah negatif dan menyebabkan total ouput menjadi menurun.
 Batas daerah produksi ekonomi merupakan daerah Tahap II, apabila terjadi diluar batas areal tersebut maka tidak akan meingkatkan produksi. Dimana perusahaan hanya dapat melakukan ekspansi di batas produksi saja.
(2)                Perubahan Output Karena Perubahan skala Penggunaan Produksi (return Scale)
Macam Return To Scale :

1. Constant Return To Scale :
apabila faktor produksi ditambah dengan produksi yang sama maka output akan
bertambah sebesar proporsi itu juga.
2. Inscreasing Returna To Scale :
Apabila faktor produksi diubah dalam proporsi yang sama maka output akan
berubah (dalam arah yang sama) lebih kecil dari proporsi itu sendiri.
3. Decreasing Returns To Scale :
Apabila faktor produksi diubah dalam proporsi yang sama maka output akan
berubah (dalam arah yang sama) lebih kecil dari proporsi itu sendiri.[8]

(3)
. Perkembangan Teknologi
Kemajuan teknologi memingkinkan peningkatan efisiensi penggunaan factor produksi
-Tingkat produksi yang sama dapat dicapai dengan penggunaan factor produksi yang    lebih sedikit
-Teknologi Padat Modal : barang modal > tenaga kerja
-Teknologi Padat Karya : Tenaga Kerja > Barang modal
-Teknologi Netral : Barang modal = Tenaga kerja
-Tiga tahap teknologi sebelum dapat mempengaruhi efisiensi
a
). Invention : riset untuk menemukan teknologi baru untuk proses produksi
b
). Inovation : Inovasi melakukan terobosan baru aplikasi dari temuan baru
c
). Spread of innovation : penyebaran inovasi agar tingkat penerimaannya mencapai 100%.

(4). Kurva Anggaran Produksi (Isocost)
Kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi penggunaan dua macam factor produksi yang memerlukan biaya yang sama.
-I = rK + WL ; I (isocos), r(factor produksi barang modal), W (tenaga kerja)
-Sudut kemiringan kurva isocost  adalah rasio harga kedua faktor produksi, Jika yang berubah adalah kemampuan anggaran , isocos bergeser sejajar.

(5). Keseimbangan Produsen
-Terjadi ketika kurva I bersinggungan dengan kurva Q
-Keseimbangan berubah karena perubahan kemampuan anggaran maupun factor produksi
-Perubahan Faktor produksi = intereaksi kekuatan efek substitusi dan efek skala produksi
-Faktor produksi Inferior = factor produksi yang penggunaanya justru menurun bila kemampuan anggaran perusahaan meningkat. Contoh tenaga kerja apabila ditingkatkan jumlah penggunaannya berkurang.
-Maksimalisasi Output = dengan anggaran yang sudah ditentukan tercapai output yang maksimum
-Minimalisasi Biaya = target output yang sudah ditetapkan harus dicapai dengan biaya minimum.
-Perusahaan umumnya bertujuan memaksimalkan laba = prinsip efisiensinya maksimalisasi output
-Lembaga berorientasi laba maksimum = menggunakan prinsip minimalisasi biaya u/ efisiensi
.[9]
(6). Pola Jalur Ekspansi
Untuk mempertahankan efisiensi = perusahaan menargetkat output yang dicapai maksimum dengan biaya minimum
-Dalam jangka panjang perusahaan memiliki fleksibilitas lebih tinggi dalam mengkombinasikan factor produksi. Agar alokasi anggaran lebih efisien
-Garis Isoclin = dimana titik2 keseimbangan tercapai pada tingkat MRTS konstan
-Isoklin merupakan garis expantion path apabila harga factor produksi tidak berubah, berubah karena penambahan tingkar produksi
.[10]




















C.                KESIMPULAN
1.                   Teori Produksi dengan Model Jangka Panjang dan Pendek
Kegiatan produksi tentunya memerlukan unsur-unsur yang dapat digunakan dalam proses produksi yang disebut faktor produksi. Faktor produksi yang bisa digunakan dalam proses produksi terdiri atas sumberdaya alam, tenaga kerja manusia, modal dan kewirausahaan.

Dan yang dimaksud dengan teori produksi adalah teori yang menjelaskan hubungan antara tingkat produksi dengan jumlah faktor-faktor produksi dan hasil penjualan outputnya.
Di dalam menganalisis teori produksi, kita mengenal 2 hal
, yaitu:
Produksi jangka pendek, yaitu bila sebagian faktor produksi jumlahnya tetap dan yang lainnya berubah (misalnya jumlah modal tetap, sedangkan tenaga kerja berubah).
Produksi jangka panjang, yaitu semua faktor produksi dapat berubah dan ditambah sesuai kebutuhan.
2.                   Model Produksi dengan 1 Faktor yaitu 1 Produksi Variabel
Sebenarnya sangat jarang bahkan tidak ada proses produksi yang hanya menggunakan satu faktor produksi variabel. Pengertian produksi dengan satu faktor produksi variabel adalah pengertian analisis jangka pendek, dimana ada faktor produksi yang tidak dapat diubah. Ketika mencoba memahami proses alokasi faktor produksi oleh perusahaan, ekonomi membagi faktor produksi menjadi barang modal (capital) dan tenaga kerja (labour).
3.                       Model Produksi dengan 2 Faktor yaitu 2 Produksi Variabel
Dalam bagian ini kita melonggarkan asumsi adanya faktor produksi tetap. Baik barang modal maupun tenaga kerja sekarang bersifat variabel. Namun yang harus diingat bahwa pelonggaran asumsi ini masih tetap terlalu menyederhanakan persoalan. Sebab dalam kenyataan faktor produksi variabel yang digunakan dalam proses produksi lebih dari dua macam. Dalam studi ekonomi yang lebih lanjut, pembahasan alokasi faktor-faktor produksi (lebih dari dua macam faktor produksi) secara efisien akan menggunakan model ekonometrika. Dalam model produksi dua faktor produksi variabel ini, analisis cukup menggunakan penjelasan grafis dan matematika sederhana.
Dalam model produksi dua faktor produksi variabel ini bias difahami dari kurva antara lain:
Ø  Isokuan ( isoquant).
Ø  Perubahan Output Karena Perubahan skala Penggunaan Produksi (return Scale).
Ø  Perkembangan Teknologi
Ø  Kurva Anggaran Produksi (Isocost)
Ø  Keseimbangan Produsen
Ø  Pola Jalur Ekspansi






















D.                DAFTAR PUSTAKA
Alam. S, Ekonomi Jilid I, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2002
Sugiarto Dkk, Ekonomi Mikro: Edisi Baru, Jakarta:PT. Gramedia Pustaka, 2000
Gilarso. T., Pengantar Ilnu Ekonomi, Revisi Jakarta : Erlangga, 2006
Hamzah. Wardi, Prinsip-prinsip Ekonomi, Edisi 8, Jilid I, Jakarta: PT. Bina Aksara, 2005





[1] T. Gilarso, Pengantar Ilnu Ekonomi, Revisi (Jakarta : Erlangga, 2000), hlm. 57
[2] Ibid.
[3] Ibid., hlm. 58
[4] Wardi Hamzah, Prinsip-prinsip Ekonomi, Edisi 8, Jilid I, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 2005), hlm. 224

[5] Ibid.
[6] Ibid., hlm. 225
[7] Alam. S, Ekonomi Jilid I, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2002), hlm. 79

[8] Sugiarto Dkk, Ekonomi Mikro: Edisi Baru, (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka, 2000), hlm. 248-249