JENIS-JENIS AKHLAK, SISTEM PENILAIANNYA
SERTA BAIK BURUKNYA MENURUT AJARAN ISLAM
SERTA BAIK BURUKNYA MENURUT AJARAN ISLAM
A. Pendahuluan
Kata akhlak adalah bentuk jamak dari kata “Alkhulukul” dan kata yang terakhir ini mengandung segi-segi yang sesuai dengan kata “al-khalku” yang bermakna “kejadian”. Kedua kata tersebut berasal dari kata kerja “khalaka” yang mempunyai arti “menjadikan”.
Ajaran Islam adalah ajaran yang bersumberkan wahyu Allah SWT. Al-Qur’an yang dalam penjabarannya yang dilakukan hadits Muhammad saw. Masalah akhlak dalam ajaran Islam sangat mendapatkan perhatian yang begitu besar sebagaimana telah diuarikan pada bagian terdahulu.
Menurut ajaran Islam penentu baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk al-qur’an dan al-hadits. Jika kita perhatikan al-Qur’an maupun hadits dapat dijumpai berbagai istilah yang mengacu kepada yang baik, dan adapula istilah yang mengacu kepada yang baik, misalnya: al-Hasanah, Thayyibah, Khairah, karimah, Mahmudah, Azizah dan Al-Birra.
Itulah pokok bahasan dalam makalah ini, semoga bermanfaat bagi kita bersama, kepada Bapak Dosen Pembimbing dan saudara/i kami harapkan kritik dan saran baik dari segi penulisan, isis makalah, untuk acuan bagi penulis lebih meningkatkan kedepannya. Kami ucapkan terimakasih.
B. Pembahasan
Kata akhlak adalah bentuk jamak dari kata “Alkhuku” dan kata yang terakhir ini mengandung segi-segi yang sesuai dengan kata “al-khalku” yang bermakna “kejadian”. Kedua kata tersebut berasal dari kata kerja “khalaka” yang mempunyai arti “menjadikan”. Dari kata “khalaka” inilah timbul bermacam-macam kata seperti: Al-khalku mempunyai makna “kejadian”, Al-khalik bermakna “Tuhan pencipta alam”, Makhluk mempunyai arti “segala sesuatu yang diciptakan Tuhan”.
Dalam kitab “Al-Mursyid Al-Amin ila Maudhah Al-Mu’minin” terdapat kalimat yang menjelaskan perbedaan antara kata Al-Khalku dengan kata al-Khuluku, bahwa al-khuluku mengandung arti kejadian yang bersifat lahiriah, seperti wajah seorang yang bagus atau jelek, sedang kata “al-khuluku” atau jamak “akhlak” mengandung arti budi pekerti atau pribadi yang bersifat rohaniah, seperti sifat-sifat terpuji atau tercela.
C. Defenisi Akhlak
Imam Ghazali dalam bukunya “Ilya Ulumuddin” menyatakan sebagai berikut: Akhlak ialah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan segala perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan.
Dr. Ahmad Amin dalam bukunya “Al-Akhlak” mengatakan bahwa akhlak ialah “Ilmu untuk menetapkan ukuran segala perbuatan manusia, yang baik atau yang buruk, yang benar atau yang salah, yang hak atau yang batil.
Ulama-ulama ahli yang lain memberikan defenisi sebagai berikut: “Akhlak ilah gambaran jiwa yang tersembunyi yang timbul pada manusia ketika menjalankan perbuatan-perbuatan yang tidak dibuat-buat atau dipaksa-paksa”. Yang dimaksud dengan sifat dan amal perbuatan lahir disini ialah sifat dan amal yang dijelmakan oleh anggota lahir manusia, misalnya: kelakuan-kelakuan oleh mulut, tangan, badan dan lain sebagainya.[1]
D. Beberapa Istilah
Dalam pembahasan akhlak ada beberapa istilah lain yang sering digunakan untuk mengatakan akhlak tersebut. Istilah-istilah itu adalah:
1. Etika
Kata etika berasal dari bahasa yunani ethos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam ensiklopedi pendidikan diterangkan bahwa etika adalah filsafat tentang nilai, kesusilaan tentang baik dan buruk. Kecuali etika mempelajari nilai-nilai itu sendiri.
Pengertian etika dilihat dari sudut terminologi: Etika ialah studi tentang tingkahlaku manusia, tidak hanya menentukan kebenarannya sebagaimana adanya, tetapi juga menyelidiki manfaat atau kebaikan seluruh tingkah laku manusia.
2. Moral
Kata moral berasalah dari bahasa latin mores yaitu jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moraladalah baik buruk perbuatan dan kelakuan.
Di dalam Dictionari of education dijelaskan bahwa moral ialah suatu istilah a term used to delimit those characters, traits, intentions, judgments or acts which can appropriately be designated as rigt, wrong, good, bad (suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, buruk).
3. Kesusilaan
Kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan akhiran an. Susila berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu su dan la. Su berarti baik, bagus, dan sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup norma. Di dalam kamus bahasa Indonesia dikatakan, susila sama dengan kesopanan.[2]
E. Ukuran Baik dan Buruk
1. Adat Kebiasaan
Tiap suku atau bangsa mempunyai adat-kebiasaan tertentu yang diwariskan dari nenek moyangnya. Dipandang baik bagi orang yang mengikutinya dan dipandang buruk bagi siapa yang melanggarnya. Oleh karena itu, orang berusah mendidik anak-anaknya agar dapat mengikuti adat-istiadat yang ada dan jangan sampai melanggar.
2. Kebahagiaan (hedonism)
Banyak para filosofi berpendapat bahwa tujuan hidup dan kehidupan manusia adalah untuk mencapai kebahagiaan. Karena itu, perbuatan manusia dapat dikatakan baik bila ia mendatangkan kebahagiaan / kenikmatan / kelezatan.
Dalam hal ini terdaapt dua paham kebahagiaan, yaitu:
- Kebahagiaan diri (egoistic hedonim)
- Kebahagiaan Bersama (Universalitic hedom)
Setelah ditinjau secara seksama tentang tolok ukur perbuatan manusia dengan kebahagiaan, ada beberapa kelemahan yang terdapat di dalamnya:
- Nilai yang diberikan bersifat lokal dan temporal
- Nilai yang diberikan bersifat subjektif
- Paham ini hanya memandang hasil dari sudut paham
3. Intuisi (intuition)
Intuisi merupakan kekuatan batin yang dapat mengenal sesuatu yang baik atau buruk dengan sekilas pandang tanpa melihat buah dan akibatnya.
Paham ini berpendapat baha tiap manusia itu mempunyai kekuatan batin sebagai suatu instrumen yang dapat membedakan baik dan buruk suatu perbuatan yang sekilas dipandang. Kekuatan ini dapat berbeda antara seorang dengan lainnya karena perbedaan masa, akan tetapi tetap berakar dalam tubuh individu.
4. Evolusi (evolusion)
Evolusi adalah suatu paham yang berkembang dan apa adanya menuju kepada kesempurnaan. Pendapat seperti ini bukan hanya berlaku pada benda-benda yang nampak seperti binatang, manusia dan tumbuhan, tetapi juga berlaku pada benda yang tak dapat dilihat atau diraba oleh indera, seperti akhlak dan moral, cita-cita dalam hidup ini menurut paham ini adalah untuk mencapai kesenangan dan kebahagiaan.
Dalam sejarah paham evolusi, darwin mengatakan bahwa perkembangan alam ini didasari oleh ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
- Ketentuan alam (selection of nature)
- Perjuangan hidup (struggler for live)
- Kekal bagi yang pantas (survival for the fittest). [3]
F. Jenis-jenis Akhlak
Ada dua jenis Akhlak dalam Islam, yaitu:
- Akhlaqul karimah (terpuji) adalah akhlak yang baik dan benar menurut syari’at Islam.
Jenis-jenis akhlakul Karimah itu adalah:
- Al-amanah (sifat jujur dan dapat dipercaya)
- Al-alifah (sifat yang disenangi)
- Al-afwu (sifat pemaat)
- Anie Satun (sifat manis muka) apabila kita difitnah maka harus disambut dengan manis muka dan senyum.
- Al-khairu (kebaikan atau berbuat baik)
- Al-khusyu’ (tekun bekerja sambil kmenundukkan diri berzikir kepada-Nya)
- Akhlaqul Madzmumah (akhlak tercela) adalah akhlak yang tidak baik dan buruk menurut syari’at Islam.
Adapun jenis-jenis akhlakul tercela (akhlakul madzmumah) adalah:
- Ananiyah (sifat egoistis)
- Al-Baghyu (suka obral diri pada lawan jenis yang tidak berhak (melacur) karena itu merupakan perbuatan yang dikutuk Allah.
- Al-Bukhlu (sifat bakhil, kikir, kedekut (terlalu cinta harta), karena sifat itu adalah sifat yang sangat tercela dan paling dibenci Allah.
- Al-kadzab (pendusta/pembohong)
- Al-khamru (gemar minum-minuman yang mengandung alkohol (al-khamar)
- Al-khuyanah (sifat penghianat)
- Azh-Zulmun (sifat aniaya) dalam arti meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya, mengurangi hak yang seharusnya diberikan kepada yang berhak
- Al-Jubnu (sifat pengecut).[4]
G. Sumber-sumber Ajaran Akhlak
Sumber ajaran akhlak ialah al-Qur’an dan Hadits. Tingkah laku nabi Muhammad s.a.w. merupakan contoh suri tauladan bagi umat manhusia semua, ini ditegaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an: [5]
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang mengahrap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Tntang akhlak pribadi Rasulullah dijelaskan pula oleh Aisyah r.a., diriwayatkan oleh imam muslim, dari Aisyah r.a. berkata: “Sesungguhnya akhlak rasulullah itu adalah Al_Qur’an (H.R. Muslim)”. Hadits Rasulullah meliputi perkataan dan tingkahlaku beliau, merupakan sumber akhlak kedua setelah Al-Qur’an.
Segala ucapan dan perilaku beliau, senantiasa mendapatkan bimbingan dari Allah. Allah SWT berfirman:
Artinya: Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
Jika telah jelas bahwa Al-Qur’an dan hadits rasul adalah pedoman hidup yang menjadi asa bagi setiap muslim, maka teranglah keduanya merupakan sumber akhlakul karimah dalam ajaran Islam. Al-Qur’an dan sunnah rasul adalah ajaran yang paling mulia dari segala ajaran manapun hasil renungan dan ciptaan manusia. Sehingga telah menjadi keyakinan (aqidah) Islam bahwa akal dan naluri manusia harus tunduk mengikuti petunjuk dan pengarahan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
H. Baik dan buruk Menurut Ajaran Islam
Ajaran Islam adalah ajaran yang bersumberkan wahyu Allah SWT. Al-Qur’an yang dalam penjabarannya dilakukan oleh hadits Muhammad SAW. Masalah akhlak dalam ajaran Islam sangat mendapatkan perhatian yang begitu besar sebagaimana telah diuraikan pada bagian terdahulu.
Menurut ajaran Islam penentu baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk Al-Qur’an dan Al-Hadits. Jika kita perhatikan Al-Qur’an maupun hadits dapat dijumpai berbagai istilah yang mengacu kepada baik, dan adapula istilah yang mengacu kepada yang baik misalnya: Al-Hasanah, Thayyibah, Khairah, Karimah, Mahmudah, Azizah dan Birra.
Al-Hasanah sebagaimana yang dikemukakan oleh Al-Raqb al-Asfahani adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang disukai atau dipandang baik. AlHasanah selanjutnya dapat dibagi 3 bagian, pertama hasanah dari segi akal, kedua dari segi hawa nafsu/keinginan, dan yang ketiga hasanah dari segi panca indera. Lawan dari hasanah adalah al-sayyiah, yang termasuk al-hasanah misalnya keuntungan, kelapangan rezki dan kemenangan. Sedangkan yang termasuk al-sayyiah misalnya kesempitan, kelaparan dan keterbelakangan.[6] Pemakaian kata Al-Hasanah yang demikian itu misalnya kita jumpai pada ayat yang berbunyi:
Artinya: Serulah (Manusia) kepada Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Dan pada ayat Q.S. AlQashash yang berbunyi:
Artinya: Barang siapa yang datang (membawa) kebaikan. Maka baginya (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kejahatan, Maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan [7]
I. Kesimpulan
Kata akhlak adalah bentuk jamak dari kata “Alkhuluku” dan kata yang terakhir ini mengandung segi-segi yang sesuai dengan kata “al-khalku” yang mempunyai arti “menjadikan”.
Imam Ghazali dalam bukunya “Ihya Ulumuddin” menyatakan sebagai berikut: Akhlak ialah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan segala perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan.
Dr. Ahmad Amin dalam bukunya “Al-Akhlak” mengatakan bahwa akhlak ialah “Ilmu untuk menetapkan ukuran segala perbuatan manusia, yang baik dan yang buruk, yang benar atau yang salah, yang hak atau yang batil.
Dalam pembahasan akhlak ada beberapa istilah lain yang sering digunakan untuk mengatakan akhlak tersebut. Istilah-istilah itu adalah:
1. Etika
2. Moral
3. Kesusilaan
Ukuran baik dan buruk
- Adat kebiasaan
- Kebahagiaan
- Intuisi
- Evolusi
ada dua jenis akhlak dalam Islam, yaitu:
- Akhlakul karimah (terpuji) adalah akhlak yang baik dan benar menurut syari’at Islam
- Akhlaqul Madzmumah (akhlak tercela) adalah akhlak yang tidak baik dan buruk menurut syari’at Islam
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Yatimin. Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta : Sinar Grafika Offest, 2007.
Al-Asfahani, Al-Rhaqib. Mu’jam Mufrodat Al-fadz al-Qur’an, Beirut : Dr. Al-Firk, tth.
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta : Raja Grapindo Persada, 1992.
Masy’ari, Anwar. Akhlak al-Qur’an, Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1990.
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf, Semarang : Kencana, 2010.
[1] Anwar Masy’ari, Akhlak al-Qur’an, (surabaya : PT. Bina Ilmu, 1990), hlm 1-4.
[2] Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta : Raja Grapindo Persada, 1992), hlm. 6-10.
[3] Ibid., hlm. 28-35.
[4] Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta : Sinar Grafika Offest, 2007). Hlm. 12-16.
[5] Ibid., hlm. 4-5.
[6] Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Semarang : Kencana, 2010).
[7] Al-Rhaqib Al-Asfahani, Mu’jam Mufrodat Al-fadz al-Qur’an, (Beirut : Dr. Al-Firk, tth.) hlm. 117.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar