Jumat, 08 September 2023

SYAHIDAH PERTAMA ISLAM, SUMAYYAH BINTI KHAYYATH

 

SYAHIDAH PERTAMA ISLAM, SUMAYYAH BINTI KHAYYATH

Sumayyah binti Khayyat -radhiallaahu 'anha

Dialah Sumayyah binti Khayyat, hamba sahaya dari Abu Hudzaifah bin Mughiroh. Beliau dinikahi oleh Yasir, seorang pendatang yang kemudian menetap di Mekkah sehingga tidak ada kabilah yang dapat membela, menolak dan mencegah kezaliman atas dirinya, karena dia hidup sebatang kara. Posisinya menjadi sulit dibawah naungan aturan yang berlaku pada masa Jahiliyah.

Begitulah Yasir mendapatkan dirinya menyerahkan perlindungannya kepada Bani Makhzum. Beliau hidup dalam kekuasaan Abu Huzaifah. Dia akhirnya dinikahkan dengan budak wanita bernama Sumayyah, tokoh yang kita bicarakan ini. Beliau hidup bersamanya dalam suasana yang tenteram. Tidak berselang lama dari pernikahan tersebut, merekapun dikaruniai dua orang anak, yaitu ‘Ammar dan Ubaidillah.

Tatkala ‘Ammar hampir menjelang dewasa dan sempurna sebagai seorang laki-laki beliau mendengar agama baru yang didakwahkan oleh Muhammad bin Abdullah shallallâhu 'alaihi wa sallam kepada beliau. Maka berfikirlah ‘Ammar bin Yasir sebagaimana yang difikirkan oleh penduduk Mekkah, sehingga kesungguhan beliau di dalam berfikir dan lurusnya fitrah beliau, menggiringnya untuk memeluk Dienul Islam.

‘Ammar kembali ke rumah dan menemui kedua orang tuanya dalam keadaan merasakan lezatnya iman yang telah terpatri dalam jiwanya.

Beliau menceritakan kejadian yang beliau alami hingga pertemuannya dengan Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam, kemudian menawarkan kepada keduanya untuk mengikuti dakwah yang baru tersebut. Ternyata Yasir dan Sumayyah menyahut dakwah yang penuh berkah tersebut dan bahkan mengumumkan keislamannya sehingga Sumayyah menjadi orang ketujuh yang masuk Islam.

Dari sinilah dimulai sejarah yang agung bagi Sumayyah yang bertepatan dengan permulaan dakwah Islam dan sejak fajar terbit untuk pertama kalinya.

Bani Makhzum mengetahui akan hal itu, karena ‘Ammar dan keluarganya tidak memungkiri bahwa mereka telah masuk Islam bahkan mengumumkan keislamannya dengan kuat sehingga orang-orang kafir menyikapinya dengan menentang dan memusuhi mereka.

Bani Makhzum segera menangkap keluarga Yasir dan menyiksa mereka dengan bermacam-macam siksaan agar mereka keluar dari dien mereka. Mereka memaksa dengan cara menyeret mereka ke padang pasir tatkala cuaca sangat panas dan menyengat. Mereka membuang Sumayyah ke sebuah tempat dan menaburinya dengan pasir yang sangat panas, kemudian meletakkan diatas dadanya sebongkah batu yang berat, akan tetapi tiada terdengar rintihan ataupun ratapan melainkan ucapan Ahad….Ahad…., beliau ulang-ulang kata tersebut sebagaimana yang diucapkan juga oleh Yasir, ‘Ammar dan Bilal.

Suatu ketika Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam menyaksikan keluarga muslim tersebut yang tengah tersiksa secara kejam, maka beliau menengadahkan tangannya ke langit dan berseru :

“Bersabarlah keluarga Yasir karena sesungguhnya tempat kembali kalian adalah surga”

Sumayyah mendengar seruan Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam, maka beliau bertambah tegar dan optimis dengan kewibawaan imannya. Dia mengulang-ulang dengan berani: “Aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah dan aku bersaksi bahwa janjimu adalah benar”.

Sehingga bagi beliau kematian adalah sesuatu yang sepele dalam rangka memperjuangkan aqidahnya. Di hatinya telah dipenuhi kebesaran Allah ‘Azza wa Jalla, maka dia menganggap kecil setiap siksaan yang dilakukan oleh para Thaghut yang zhalim, yang mana mereka tidak kuasa menggeser keimanan dan keyakinannya sekalipun hanya satu langkah semut.

Sementara Yasir telah mengambil keputusan sebagaimana yang dia lihat dan dia dengar dari istrinya. Sumayyah pun telah mematrikan dalam dirinya untuk bersama-sama dengan suaminya meraih kesuksesan yang telah dijanjikan oleh Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam.

Tatkala para Thaghut telah berputus asa mendengar ucapan yang senantiasa diulang-ulang oleh Sumayyah maka musuh Allah, Abu jahal melampiaskan keberangannya kepada Sumayyah dengan menusukkannya sangkur yang berada dalam genggamannya ke tubuhnya. Maka terbanglah nyawa beliau dari raganya yang beriman dan bersih. Dan beliau adalah wanita pertama yang syahid dalam Islam. Beliau gugur setelah memberikan contoh yang baik dan mulia bagi kita dalam hal keberanian dan keimanan, yang mana beliau telah mengerahkan segala apa yang beliau miliki, dan menganggap remeh kematian dalam rangka memperjuangkan imannya. Beliau telah mengorbankan nyawanya yang mahal dalam rangka meraih keridhaan Rabb-nya. “Dan mendermakan jiwa adalah puncak tertinggi dari kedermawanan”.

 

(Diambil dari buku Mengenal Shahabiah Nabi shallallâhu 'alaihi wa sallam dengan sedikit perubahan, penerbit Pustaka AT-TIBYAN)

Rabu, 11 Maret 2020

Madrasah Aliyah Al-Azhar Bi'ibadillah Sukses Laksanakan UAMBN-BK Tahun 2020

 Madrasah Aliyah Al-Azhar Bi'ibadillah Tahalak Ujung Gading
Sukses Laksanakan UAMBN-BK Tahun 2020



Kepala Madrasah Al-Azhar Bi'ibadillah Tahalak Ujunggading, Ustadzah Ansoriah Lubis, S.Pd.I memantau langsung pelaksanaan Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional Berbasis Komputer (UAMBN-BK) di Madrasah Aliyah Al-Azhar Bi'ibadillah Tahalak Ujunggading yang diikuti sebanyak 34 Santri dan 38 Santriyah (72 Orang).

Untuk tahun ini santri/santriyah MA Al-Azhar Bi'ibadillah Tahalak Ujunggading mengikuti UAMBN-BK. UAMBN-BK ini berlangsung selama 3 hari mulai dari tanggal 09 s/d 11 Maret 2020, pada hari pertama tanggal 09 UAMBN BK dengan mata pelajaran Al-Qur’an Hadist, tanggal 10 Fiqih dan hari terakhir 11 Maret mata pelajaran SKI dan UAMBN-BK ini dibuat dua sesi per harinya yang berlangsung selama 1 jam 30 menit.

Dalam pantauannya ke ruang ujian, Kepala Madrasah Al-Azhar Bi'ibadillah, Ummi Ansoriah Lubis, S.Pd.I, mengatakan semoga kegiatan UAMBN-BK ini berjalan dengan lancar dan sukses pelaksanaannya, dan kepada santri-santriyah yang mengikuti UAMBN-BK agar bersungguh-sungguh, lebih cermat dan teliti pada saat mengerjakan soal supaya mendapat nilai yang sangat memuaskan, Amin.

Ustadzah Kepala Madrasah juga mengatakan UAMBN-BK dilaksanakan serentak diseluruh Madrasah Aliyah yang ada di Indonesia, dan pihak Yayasan akan selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas tenaga pendidik, tenaga kependidikan dan juga sarana prasarana yang lebih refresentatif, tutup Ustadzah Ansoriah Lubis, S.Pd.I

Jumat, 06 Maret 2020

JENIS-JENIS AKHLAK, SISTEM PENILAIANNYA SERTA BAIK BURUKNYA MENURUT AJARAN ISLAM

JENIS-JENIS AKHLAK, SISTEM PENILAIANNYA
SERTA BAIK BURUKNYA MENURUT AJARAN ISLAM


A. Pendahuluan
            Kata akhlak adalah bentuk jamak dari kata “Alkhulukul” dan kata yang terakhir ini mengandung segi-segi yang sesuai dengan kata “al-khalku” yang bermakna “kejadian”. Kedua kata tersebut berasal dari kata kerja “khalaka” yang mempunyai arti “menjadikan”.
            Ajaran Islam adalah ajaran yang bersumberkan wahyu Allah SWT. Al-Qur’an yang dalam penjabarannya yang dilakukan hadits Muhammad saw. Masalah akhlak dalam ajaran Islam sangat mendapatkan perhatian yang begitu besar sebagaimana telah diuarikan pada bagian terdahulu.
            Menurut ajaran Islam penentu baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk al-qur’an dan al-hadits. Jika kita perhatikan al-Qur’an maupun hadits dapat dijumpai berbagai istilah yang mengacu kepada yang baik, dan adapula istilah yang mengacu kepada yang baik, misalnya: al-Hasanah, Thayyibah, Khairah, karimah, Mahmudah, Azizah dan Al-Birra.
            Itulah pokok bahasan dalam makalah ini, semoga bermanfaat bagi kita bersama, kepada Bapak Dosen Pembimbing dan saudara/i kami harapkan kritik dan saran baik dari segi penulisan, isis makalah, untuk acuan bagi penulis lebih meningkatkan kedepannya. Kami ucapkan terimakasih.

B. Pembahasan
            Kata akhlak adalah bentuk jamak dari kata “Alkhuku” dan kata yang terakhir ini mengandung segi-segi yang sesuai dengan kata “al-khalku” yang bermakna “kejadian”. Kedua kata tersebut berasal dari kata kerja “khalaka” yang mempunyai arti “menjadikan”. Dari kata “khalaka” inilah timbul bermacam-macam kata seperti: Al-khalku mempunyai makna “kejadian”, Al-khalik bermakna “Tuhan pencipta alam”, Makhluk mempunyai arti “segala sesuatu yang diciptakan Tuhan”.
            Dalam kitab “Al-Mursyid Al-Amin ila Maudhah Al-Mu’minin” terdapat kalimat yang menjelaskan perbedaan antara kata Al-Khalku dengan kata al-Khuluku, bahwa al-khuluku mengandung arti kejadian yang bersifat lahiriah, seperti wajah seorang yang bagus atau jelek, sedang kata “al-khuluku” atau jamak “akhlak” mengandung arti budi pekerti atau pribadi yang bersifat rohaniah, seperti sifat-sifat terpuji atau tercela.

C. Defenisi Akhlak
            Imam Ghazali dalam bukunya “Ilya Ulumuddin” menyatakan sebagai berikut: Akhlak ialah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan segala perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan.
            Dr. Ahmad Amin dalam bukunya “Al-Akhlak” mengatakan bahwa akhlak ialah “Ilmu untuk menetapkan ukuran segala perbuatan manusia, yang baik atau yang buruk, yang benar atau yang salah, yang hak atau yang batil.
            Ulama-ulama ahli yang lain memberikan defenisi sebagai berikut: “Akhlak ilah gambaran jiwa yang tersembunyi yang timbul pada manusia ketika menjalankan perbuatan-perbuatan yang tidak dibuat-buat atau dipaksa-paksa”. Yang dimaksud dengan sifat dan amal perbuatan lahir disini ialah sifat dan amal yang dijelmakan oleh anggota lahir manusia, misalnya: kelakuan-kelakuan oleh mulut, tangan, badan dan lain sebagainya.[1]
D. Beberapa Istilah   
            Dalam pembahasan akhlak ada beberapa istilah lain yang sering digunakan untuk mengatakan akhlak tersebut. Istilah-istilah itu adalah:
1. Etika
            Kata etika berasal dari bahasa yunani ethos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam ensiklopedi pendidikan diterangkan bahwa etika adalah filsafat tentang nilai, kesusilaan tentang baik dan buruk. Kecuali etika mempelajari nilai-nilai itu sendiri.
            Pengertian etika dilihat dari sudut terminologi: Etika ialah studi tentang tingkahlaku manusia, tidak hanya menentukan kebenarannya sebagaimana adanya, tetapi juga menyelidiki manfaat atau kebaikan seluruh tingkah laku manusia.

2. Moral
            Kata moral berasalah dari bahasa latin mores yaitu jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moraladalah baik buruk perbuatan dan kelakuan.
            Di dalam Dictionari of education dijelaskan bahwa moral ialah suatu istilah a term used to delimit those characters, traits, intentions, judgments or acts which can appropriately be designated as rigt, wrong, good, bad (suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, buruk).

3. Kesusilaan
            Kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan akhiran an. Susila berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu su dan la. Su berarti baik, bagus, dan sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup norma. Di dalam kamus bahasa Indonesia dikatakan, susila sama dengan kesopanan.[2]

E. Ukuran Baik dan Buruk
1. Adat Kebiasaan
            Tiap suku atau bangsa mempunyai adat-kebiasaan tertentu yang diwariskan dari nenek moyangnya. Dipandang baik bagi orang yang mengikutinya dan dipandang buruk bagi siapa yang melanggarnya. Oleh karena itu, orang berusah mendidik anak-anaknya agar dapat mengikuti adat-istiadat yang ada dan jangan sampai melanggar.

2. Kebahagiaan (hedonism)
            Banyak para filosofi berpendapat bahwa tujuan hidup dan kehidupan manusia adalah untuk mencapai kebahagiaan. Karena itu, perbuatan manusia dapat dikatakan baik bila ia mendatangkan kebahagiaan / kenikmatan / kelezatan.
            Dalam hal ini terdaapt dua paham kebahagiaan, yaitu:
  1. Kebahagiaan diri (egoistic hedonim)
  2. Kebahagiaan Bersama (Universalitic hedom)
Setelah ditinjau secara seksama tentang tolok ukur perbuatan manusia dengan kebahagiaan, ada beberapa kelemahan yang terdapat di dalamnya:
  1. Nilai yang diberikan bersifat lokal dan temporal
  2. Nilai yang diberikan bersifat subjektif
  3. Paham ini hanya memandang hasil dari sudut paham

3. Intuisi (intuition)
            Intuisi merupakan kekuatan batin yang dapat mengenal sesuatu yang baik atau buruk dengan sekilas pandang tanpa melihat buah dan akibatnya.
            Paham ini berpendapat baha tiap manusia itu mempunyai kekuatan batin sebagai suatu instrumen yang dapat membedakan baik dan buruk suatu perbuatan yang sekilas dipandang. Kekuatan ini dapat berbeda antara seorang dengan lainnya karena perbedaan masa, akan tetapi tetap berakar dalam tubuh individu.

4. Evolusi (evolusion)
            Evolusi adalah suatu paham yang berkembang dan apa adanya menuju kepada kesempurnaan. Pendapat seperti ini bukan hanya berlaku pada benda-benda yang nampak seperti binatang, manusia dan tumbuhan, tetapi juga berlaku pada benda yang tak dapat dilihat atau diraba oleh indera, seperti akhlak dan moral, cita-cita dalam hidup ini menurut paham ini adalah untuk mencapai kesenangan dan kebahagiaan.
            Dalam sejarah paham evolusi, darwin mengatakan bahwa perkembangan alam ini didasari oleh ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
  1. Ketentuan alam (selection of nature)
  2. Perjuangan hidup (struggler for live)
  3. Kekal bagi yang pantas (survival for the fittest). [3]   

F. Jenis-jenis Akhlak
            Ada dua jenis Akhlak dalam Islam, yaitu:
  1. Akhlaqul karimah (terpuji) adalah akhlak yang baik dan benar menurut syari’at Islam.
Jenis-jenis akhlakul Karimah itu adalah:
    1. Al-amanah (sifat jujur dan dapat dipercaya)
    2. Al-alifah (sifat yang disenangi)
    3. Al-afwu (sifat pemaat)
    4. Anie Satun (sifat manis muka) apabila kita difitnah maka harus disambut dengan manis muka dan senyum.
    5. Al-khairu (kebaikan atau berbuat baik)
    6. Al-khusyu’ (tekun bekerja sambil kmenundukkan diri berzikir kepada-Nya)
  1. Akhlaqul Madzmumah (akhlak tercela) adalah akhlak yang tidak baik dan buruk menurut syari’at Islam.
Adapun jenis-jenis akhlakul tercela (akhlakul madzmumah) adalah:
    1. Ananiyah (sifat egoistis)
    2. Al-Baghyu (suka obral diri pada lawan jenis yang tidak berhak (melacur) karena itu merupakan perbuatan yang dikutuk Allah.
    3. Al-Bukhlu (sifat bakhil, kikir, kedekut (terlalu cinta harta), karena sifat itu adalah sifat yang sangat tercela dan paling dibenci Allah.
    4. Al-kadzab (pendusta/pembohong)
    5. Al-khamru (gemar minum-minuman yang mengandung alkohol (al-khamar)
    6. Al-khuyanah (sifat penghianat)
    7. Azh-Zulmun (sifat aniaya) dalam arti meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya, mengurangi hak yang seharusnya diberikan kepada yang berhak
    8. Al-Jubnu (sifat pengecut).[4]

G. Sumber-sumber Ajaran Akhlak
            Sumber ajaran akhlak ialah al-Qur’an dan Hadits. Tingkah laku nabi Muhammad s.a.w. merupakan contoh suri tauladan bagi umat manhusia semua, ini ditegaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an: [5]


Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang mengahrap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
            Tntang akhlak pribadi Rasulullah  dijelaskan pula oleh Aisyah r.a., diriwayatkan oleh imam muslim, dari Aisyah r.a. berkata: “Sesungguhnya akhlak rasulullah itu adalah Al_Qur’an (H.R. Muslim)”. Hadits Rasulullah meliputi perkataan dan tingkahlaku beliau, merupakan sumber akhlak kedua setelah Al-Qur’an.
            Segala ucapan dan perilaku beliau, senantiasa mendapatkan bimbingan dari Allah. Allah SWT berfirman:


Artinya: Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
            Jika telah jelas bahwa Al-Qur’an dan hadits rasul adalah pedoman hidup yang menjadi asa bagi setiap muslim, maka teranglah keduanya merupakan sumber akhlakul karimah dalam ajaran Islam. Al-Qur’an dan sunnah rasul adalah ajaran yang paling mulia dari segala ajaran manapun hasil renungan dan ciptaan manusia. Sehingga telah menjadi keyakinan (aqidah) Islam bahwa akal dan naluri manusia harus tunduk mengikuti petunjuk dan pengarahan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

H. Baik dan buruk Menurut Ajaran Islam
            Ajaran Islam adalah ajaran yang bersumberkan wahyu Allah SWT. Al-Qur’an yang dalam penjabarannya dilakukan oleh hadits Muhammad SAW. Masalah akhlak dalam ajaran Islam sangat mendapatkan perhatian yang begitu besar sebagaimana telah diuraikan pada bagian terdahulu.
            Menurut ajaran Islam penentu baik dan buruk harus didasarkan pada petunjuk Al-Qur’an dan Al-Hadits. Jika kita perhatikan Al-Qur’an maupun hadits dapat dijumpai berbagai istilah yang mengacu kepada baik, dan adapula istilah yang mengacu kepada yang baik misalnya: Al-Hasanah, Thayyibah, Khairah, Karimah, Mahmudah, Azizah dan Birra.
            Al-Hasanah sebagaimana yang dikemukakan oleh Al-Raqb al-Asfahani adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang disukai atau dipandang baik. AlHasanah selanjutnya dapat dibagi 3 bagian, pertama hasanah dari segi akal, kedua dari segi hawa nafsu/keinginan, dan yang ketiga hasanah dari segi panca indera. Lawan dari hasanah adalah al-sayyiah, yang termasuk al-hasanah misalnya keuntungan, kelapangan rezki dan kemenangan. Sedangkan yang termasuk al-sayyiah misalnya kesempitan, kelaparan dan keterbelakangan.[6] Pemakaian kata Al-Hasanah yang demikian itu misalnya kita jumpai pada ayat yang berbunyi:


Artinya: Serulah (Manusia) kepada Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

            Dan pada ayat Q.S. AlQashash yang berbunyi:


Artinya: Barang siapa yang datang (membawa) kebaikan. Maka baginya (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kejahatan, Maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan [7]
I. Kesimpulan
            Kata akhlak adalah bentuk jamak dari kata “Alkhuluku” dan kata yang terakhir ini mengandung segi-segi yang sesuai dengan kata “al-khalku” yang mempunyai arti “menjadikan”.
            Imam Ghazali dalam bukunya “Ihya Ulumuddin” menyatakan sebagai berikut: Akhlak ialah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan segala perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pikiran dan pertimbangan.
            Dr. Ahmad Amin dalam bukunya “Al-Akhlak” mengatakan bahwa akhlak ialah “Ilmu untuk menetapkan ukuran segala perbuatan manusia, yang baik dan yang buruk, yang benar atau yang salah, yang hak atau yang batil.
            Dalam pembahasan akhlak ada beberapa istilah lain yang sering digunakan untuk mengatakan akhlak tersebut. Istilah-istilah itu adalah:
1.      Etika
2.      Moral
3.      Kesusilaan
Ukuran baik dan buruk
  1. Adat kebiasaan
  2. Kebahagiaan
  3. Intuisi
  4. Evolusi
ada dua jenis akhlak dalam Islam, yaitu:
  1. Akhlakul karimah (terpuji) adalah akhlak yang baik dan benar menurut syari’at Islam
  2. Akhlaqul Madzmumah (akhlak tercela) adalah akhlak yang tidak baik dan buruk menurut syari’at Islam


DAFTAR PUSTAKA


Abdullah, Yatimin. Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta : Sinar Grafika Offest, 2007.
Al-Asfahani, Al-Rhaqib. Mu’jam Mufrodat Al-fadz al-Qur’an, Beirut : Dr. Al-Firk, tth.
Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta : Raja Grapindo Persada, 1992.  
Masy’ari, Anwar. Akhlak al-Qur’an, Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1990.
Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf, Semarang : Kencana, 2010.


[1] Anwar Masy’ari, Akhlak al-Qur’an, (surabaya : PT. Bina Ilmu, 1990), hlm 1-4.
[2] Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta : Raja Grapindo Persada, 1992), hlm. 6-10.
[3] Ibid., hlm. 28-35.  
[4] Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta : Sinar Grafika Offest, 2007). Hlm. 12-16.
[5] Ibid., hlm. 4-5.
[6] Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Semarang : Kencana, 2010).
[7] Al-Rhaqib Al-Asfahani, Mu’jam Mufrodat Al-fadz al-Qur’an, (Beirut : Dr. Al-Firk, tth.) hlm. 117. 

Hadis Tentang Kebersihan








By: nambeen

Do you like this story?
Hadis Tentang Kebersihan

1.    Membaca Hadits Tentang Kebersihan.
Agar kemampuan membaca siswa dapat meningkat dan lebih merata dalam satu kelas, maka dalam kegiatan membaca hadits ini dilakukan dengan metode tutor sebaya dengan tata cara sebagai berikut :
Hadits 1
Artinya : “Diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqas dari bapaknya, dari Rasulullah saw. : Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Mahamulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu” (HR. Tirmizi)”

Hadits 2



 Artinya : “Diriwayatkan dari Malik Al Asy’ari dia berkata, Rasulullah saw. bersabda : Kebersihan adalah sebagian dari iman dan bacaan hamdalah dapat memenuhi mizan (timbangan), dan bacaan subhanallahi walhamdulillah memenuhi kolong langit dan bumi, dan shalat adalah cahaya dan shadaqah adalah pelita, dan sabar adalah sinar, dan Al Quran adalah pedoman bagimu.”(HR. Muslim)”

Hadits 3

 Artinya : “Diriwayatkan Abu Hurairah r.a. dia berkata : Rasulullah saw bersabda : Jika aku tidak menjadikan berat umatku, maka sungguh aku perintahkan bersiwak (menggosok gigi) setiap hendak shalat”. (HR Bukhari)

1.      Mengartikan Hadis tentang kebersihan

Hadits 1


Hadits 2

Hadits 3

2.      Memahami Isi/Kandungan hadits tentang kebersihan

Kebersihan membawa banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Sebaliknya, kotor dan jorok akan membawa banyak akibat buruk dalam kehidupan. Orang yang dapat menjaga kebersihan badan, pakaian, dan tempat (lingkungannya) akan dapat merasakan hidup nyaman. Sebaliknya, kalau orang menganggap remeh masalah kebersihan, maka akan merasa terganggu baik oleh penyakit maupun akibat buruk lain seperti polusi udara, pencemaran air dan banjir. Bagaimana arahan dari ajaran Islam tentang masalah kebersihan ? Rasulullah saw melalui berbagai haditsnya mengajarkan agar umat Islam menjadi pelopor dalam hal menjaga kebersihan. Baik kebersihan badan, pakaian, maupun lingkungan. Tiga hadis di atas merupakan sebagian dari hadis-hadis Rasulullah saw yang menyoroti masalah kebersihan. Berikut ini merupakan kandungan hadis-hadis Rasulullah saw tersebut :

Hadits 1 :

1.      Kebersihan, kesucian, dan keindahan merupakan sesuatu yang disukai oleh Allah SWT. Jika kita melakukan sesuatu yang disukai oleh Allah SWT, tentu mendapatkan nilai di hadapan-Nya, yakni berpahala. Dengan kata lain, Kotor, jorok, sampah berserakan, lingkungan yang semrawut dan tidak indah itu tidak disukai oleh Allah SWT. Sebagai hamba yang taat, tentu kita terdorong untuk melakukan hal-hal yang disukai oleh Allah SWT.

2.      Untuk mewujudkan kebersihan dan keindahan tersebut dapat dimulai dari diri kita sendiri, di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun di lingkungan sekolah. Bentuknya juga sangat bermacam-macam, mulai dari membersihkan diri setiap hari, membersihkan kelas, menata ruang kelas sehingga tampak indah dan nyaman. Bila kita dapat mewujudkan kebersihan dan keindahan, maka kehidupan kita pasti terasa lebih nyaman.

Hadits 2 :

1.      Dalam hadis yang kedua dinyatakan bahwa kebersihan merupakan sebagian dari iman. Maksudnya adalah, keimanan seseorang akanmenjadi lengkap kalau dia dapat menjaga kebersihan. Dengan kata lain, orang yang tidak dapat menjaga kebersihan berarti keimanannya masih belum sempurna. Secara tidak langsung hadis ini menandaskan bahwa kebersihan bagi umat Islam merupakan sesuatu yang sangat penting untuk diterapkan.

2.      Dalam hadis mengenai kebersihan ini juga dirangkai dengan pernyataan Rasulullah sebagai berikut :

ü  Kebersihan sebagian dari iman

ü  Berzikir dengan membaca “Alhamdulillah” itu memenuhi mizan (timbangan) amal baik kelak di hari kiamat.

ü  Berzikit “Subhanallah walhamdulillah” pahalanya memenuhi kolong langit dan bumi.

ü  Shalat itu cahaya bagi umat Islam

ü  Shadaqah itu pelita bagi umat Islam

ü  Sabar itu sinar bagi umat Islam

ü  Dan Al Quran merupakan pedoman hidup umat Islam.

ü  Rangkaian hadits semacam ini secara tidak langsung juga sebagai isyarat bahwa menjaga kebersihan adalah sangat penting dan utama sebagaimana keutamaan dari zikir, shalat, shadaqah, dan sabar.

Hadits 3 :

1.      Dalam hadis yang ketiga ini Rasulullah saw sebenarnya ingin mewajibkan umat Islam untuk selalu menggosok gigi setiap hendak shalat, karena memang menjaga kebersihan gigi merupakan hal yang sangat penting. Namun beliau khawatir jangan-jangan hal ini akan memberatkan umat Islam.

2.      2. Kesehatan gigi sangat berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan. Cara untuk menjaga dan memelihara kesehatan gigi adalah dengan menggosoknya. Gigi yang kita miliki mempunyai fungsi yang sangat banyak, diantaranya untuk melumatkan makanan dan menjaga penampilan. Orang yang tidak rajin menggosok gigi akan berakibat giginya tidak sehat. Gigi yang tidak sehat dapat mengakibatkan penyakit gigi dan bau mulut yang tidak sedap. Kedua hal ini tentu tidak kita inginkan. Bagaimana agar tidak terjadi? Tentu dengan rajin menggosok gigi.



4. Menyalin Hadis Tentang Kebersihan

Salinlah Hadis tentang kebersihan pada buku tulis kamu dengan baik dan benar, perhatikan tata cara menyambung huruf demi huruf, kalimat demi kalimat, serta perhatikan harakatnya. Agar salinan hadis yang kamu tulis benar, maka perhatikan ketentuan-ketentuan berikut :

Tulisan harus sesuai dengan apa yang tertulis dalam buku ini.

Tata cara menulis Arab adalah dari arah dari kanan ke kiri.

Jangan memutus kata di akhir baris.

Setelah lancar dalam menyalin dengan cara melihat buku ini, cobalah lakukan dengan cara menulis imla’ (salah seorang temanmu membacakan/mendikte, sedangkan kamu menulis). Hal demikian dapat dilakukan secara bergantian.

Jika menemui kesulitan segera bertanya kepada gurumu, agar tidak mengalami kesalahan yang berkelanjutan.

KONSEP PENDIDIKAN DALAM ISLAM


By: MUHAMMAD NAMBIN LUBIS

KONSEP PENDIDIKAN DALAM ISLAM

PENDAHULUAN
          Saat peristiwa perang antara Jepang dan USA, wilayah Hirosima dan Nagasaki di jatuhi bom atom dengan daya ledak yang sangat dahsyat. Ribuan nyawa terenggut anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua, laki-laki ataupun perempuan menjadi korban akibat perang tersebut. Yang menjadi fenomena saat itu ialah pemerintah mengambil kebijakan mencari para guru yang dilatih untuk menjadi tenaga pendidik agar Jepang mampu bangkit kembali. Akhirnya sejarah telah mencatat akan kemajuan Jepang saat ini, hal ini menjadi bukti bahwa dunia pendidikan amat berpengaruh dalam membentuk peradaban manusia.

            Sejarah umat Islam juga telah mencatat berkembangnya dunia pendidikan yang mengembangkan proses intelektualitas dan kreativitas dalam ilmu pengetahuan. Pada masa dinasti Umayah umat Islam mengalami kemajuan yang luar biasa, adanya Perpustakaan, berkembangnya Ilmu pengetahuan dibidang kedokteran, filsafat, matematika, aljabar menjadi fakta bahwa saat itu Islam amat mendukung akan kemajuan dibidang pendidikan. Artinya ajaran Islam mendorong kepada umatnya untuk pintar

Setelah runtuhnya dinasti Umayah samapi saat ini dunia pendidikan Islam bisa dibilang mengalami masa surut. Pendidikan selama ini ternyata masih saja dianggap tabu oleh sebagian besar masyarakat Islam, khususnya diIndonesia. Kini tren-tren pendidikan ala barat masih menjadi barometer unggulan disetiap unsur-unsur pendidikan. Pendidikan Islam sekarang mulai ketinggalan zaman (katanya), tidak dianggap lagi dan tidak sesuai lagi dunia yang serba moderen ini. Oleh karena itu saat ini perlu adanya reformulasi dalam dunia pendidikan Islam, hal ini untuk mengembangkan kembali peradaban umat Islam dengan berkembangnya dunia pendidikan Islam.  

1.      Definisi Pendidikan Islam
Bilamana pendidikan kita artikan sebagai latihan mental, moral dan fisik (jasmaniyah) yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah, maka pendidikan berarti menumbuhkan personalitas (kepribadian) serta menanamkan rasa tanggung jawab. Usaha kependidikan bagi manusia menyerupai makanan yang berfungsi memberikan vitamin bagi pertumbuhan.

Berdasarkan pandangan diatas, maka pendidikan Islam adalah system yang dapat memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, karena nilai-nilai Islam telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya.

Pengertian pendidikan Islam dengan sendirinya adalah suatu system kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah. Oleh karena itu Islam mempedomani seluruh aspek kehidupan manusia muslim baik duniawi maupun ukhrowi.

Mengingat luasnya jangkauan yang harus digarap oleh pendidikan Islam, maka pendidikan Islam tidak menganut system tertutup melainkan terbuka terhadap tuntutan kesejahteraan umat manusia, baik tuntutan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi maupun tuntutan pemenuhan kebutuhan hidup rohaniah. Kebutuhan itu semakin meluas sejalan dengan meluasnya tuntutan hidup manusia itu sendiri.

Oleh karena itu, ditinjau dari aspek pengalamannya pendidikan Islam berwatak akomodatif kepada tuntutan kemajuan zaman yang ruang lingkupnya berada didalam kerangka acuan norma-norma kehidupan Islam. Hal demikian akan nampak jelas dalam teorisasi pendidikan Islam yang dikembangkan. Ilmu pendidikan Islam adalah studi tentang system dan proses kependidikan yang berdasarkan Islam untuk mencapai produk atau tujuan, baik studi secara teoritis maupun praktis.

Ada pula yang berpendapat bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan yang berdasarkan Al-Qur’an, Hadits dan akal. Penggunaan dasar ini haruslah berurutan, al-qur’an terlebih dahulu dijadikan sebagai sumber dari segala sumber, bila tidak ada atau tidak jelas didalam al-qur’an maka harus dicari dalam hadits, bila tidak juga jelas atau tidak ada didalam hadits barulah digunakan akal (pemikiran), tetapi temuan akal itu tidak boleh bertentangan dengan jiwa al-qur’an dan atau hadits.

2.   ASAS PENDIDIKAN ISLAM
Dalam konteks individu, pendidikan termasuk salah satu kebutuhan asasi manusia. Sebab, ia menjadi jalan yang lazim untuk memperoleh pengetahuan atau ilmu. Sedangkan ilmu akan menjadi unsur utama penopang kehidupannya. Oleh karena itu, Islam tidak saja mewajibkan manusia untuk menuntut ilmu, bahkan memberi dorongan serta arahan agar dengan ilmu itu manusia dapat menemukan kebenaran hakiki dan mendayungkan ilmunya diatas jalan kebenaran. Rosulullah SAW bersabda, “Tuntutlah oleh kalian akan ilmu pengetahuan, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah SWT, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah shodaqoh. Sesungguhnya ilmu itu akan menempatkan pemiliknya pada kedududkan tinggi lagi mulia. Ilmu adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan akhirat. (HR. ar-Rabi’)
Makna hadits tersebut sejalan dengan firman Allah SWT : “Allah niscaya mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan mereka yang berilmu pengetahuan bertingkat derajat. Demi Allah maha mengetahui terhadap apa yang kamu lakukan. (Qs. Al-Mujadalah 11)
Aqidah menjadi dasar kurikulum (mata ajaran dan metode ajaran) yang berlaku dalam pendidikan Islam. Aqidah Islam berkonsekuensi ketaatan pada syari’at Islam. Ini berarti tujuan, pelaksanaan dan evaluasi pelaksanaan kurikulum harus terkait dengan ketaatan pada syari’at. Pendidikan dianggap tidak berhasil apabila tidak menghasilkan keterikatan pada syari’at Islam peserta didik, walaupun mungkin membuat peserta didik menguasai ilmu pendidikan.
Aqidah Islam menjadi asas dari ilmu pengetahuan. Ini bukan berarti semua ilmu pengetahuan yang dikembangkan harus bersumber pada aqidah Islam, karena memang tidak semua ilmu pengetahuan lahir dari aqidah Islam. Yang dimaksud adalah aqidah Islam harus dijadikan standar penilaian. Ilmu pengetahuan yang bertentangan dengan aqidah Islam tidak boleh dikembangkan dan diajarkan kecuali untuk dijelaskan kesalahannya.

3.   TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
            Tujuan akhir pendidikan Islam pada hakikatnya adalah realisasi dan cita-cita ajaran Islam itu sendiri, yang membawa misi bagi kesejahteraan umat manusia sebagai hamba Allah lahir dan batin, dunia dan akhirat.
            Adapun rumusan-rumusan tujuan akhir pendidikan Islam telah disusun oleh para ulama dan ahli pendidikan Islam dari golongan dan mazhab dalam Islam, misalnya sebagai berikut :
a.       Rumusan yang ditetapkan dalam kongres sedunia tentang pendidikan Islam.
Bahwa pendidikan Islam mempunyai tujuan yang luas dan dalam, seluas dan sedalam kebutuhan hidup manusia sebagai makhluk individual dan makhluk sosial yang meng hamba kepada Khaliknya yang dijiwai oleh nilai-nilai ajaran agamanya.
Oleh karena itu pendidikan Islam bertujuan untuk menumbuhkan pola kepribadian manusia yang bulat melalui latihan kejiwaan, kecerdasan otak, penalaran, perasaan dan indera. Pendidikan ini harus melayani pertumbuhan manusia dalam semua aspek spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniyah, ilmiah maupun bahasanya baik perorangan maupun kelompok.
Jadi tujuan akhir dari pendidikan Islam itu terletak dalam realisasi sikap penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah SWT, baik perorangan, masyarakat maupun sebagai umat manusia keseluruhan.
b.      Rumusan hasil keputusan seminar pendidikan Islam se-Indonesia tanggal 7 s.d 11 Mei 1960, di Cipayung, Bogor.
Bahwa tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan taqwa dan akhlak serta menegakan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran Islam.
Tujuan tersebut ditetapkan berdasarkan atas pengertian bahwa Pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengjarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.
c.       Rumusan tentang pendidikan Islam menurut Prof. Dr. Omar Muhammad Al Taumi Al Syaebani.
Bahwa tujuan pendidikan Islam ialah perubahan yang diingini yang diusahkan dalam proses pendidikan atau usaha pendidikan untuk mencapainya, baik pada tingkah laku individu dari kehidupan pribadinya atau kehidupan masyarakatserta pada alam sekitar dimana individu itu hidup atau pada proses pendidikan itu sendiri dan proses pengajaran sebagai suatu kegiatan asasi dan sebagai proporsi diantara profesi asasi dalam masyarakat.
            Mengingat tujuan pendidikan yang begitu luas, maka tujuan tersebut dibedakan dalam beberapa bidang menurut tugas dan fungsi manusia secara filosifis sebagai berikut :
1). Tujuan individual yang menyangkut individu, melalui proses belajar dalam rangka mempersiapkan dirinya dalam kehidupan dunia dan akhirat.
2). Tujuan sosial yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan, dan dan dengan tingkah laku masyarakat umumnya serta dengan perubahan-perubahan yang diinginkan pada pertumbuhan pribadi, pengalaman dan kemajuan hidup.
3). Tujuan profesional yang menyangkut pengajaran sebagai ilmu, seni dan profesi serta sebagai suatu kegiatan dalam masyarakat.
            Oleh karena tujuan pendidikan pada hakikatnya merupakan cita-cita mewujudkan nilai-nilai, maka fisafat pendidikanlah yang memberi dasar dan corak serta arah tujuan pendidikan pendidikan itu sendiri. Dalam rangkaian proses penyampaiannya, filsafat pendidikan berfungsi sebagai korektor terhadap kesalahan atau penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, sehingga memungkinkan proses tersebut dapat berfungsi kembali dalam jalur tujuannya.

4.   METODOLOGI PENDIDIKAN ISLAM
Metodologi pendidikan Islam adalah suatu ilmu pengetahuan tentang metode yang dipergunakan dalam pekerjaan mendidik. Sebagai suatu ilmu, metodologi merupakan bagian dari perangkat disiplin keilmuan yang menjadi induknya. Hampir semua ilmu pengetahuan mempunyai metodologi tersendiri. Oleh karena itu ilmu pendidikan sebagai salah satu disiplin ilmu juga memiliki metodologi yaitu metodologi pendidikan.
Adapun metodologi yang dipakai dalan pendidikan Islam adalah :
1). Metode mendidik secara kelompok disebut “metode mutual education”.
Dengan cara berkelompok inilah maka proses mengetahui dan memahami ilmu pengetahuan lebih efektif, oleh karena satu sama lain dapat saling bertanya dan saling mengoreksi bila satu sama lain melakukan kesalahan.
2). Metode pendidikan dengan menggunakan cara Instruksional yaitu yang bersifat mengajar tentang ciri-ciri sesuatu (orang yang beriman) dalam bersikap dan bertingkah laku agar mereka dapat mengetahui bagai mana seharusnya mereka bersikap dan berbuat sehari-hari.
3). Metode mendidik dengan bercerita yaitu dengan cara mengisahkan peristiwa sejarah hidup manusia masa lampau yang menyangkut ketaatan atau kemungkaran dalam hidup terhadap perintah Allah SWT. Insyaallah dimasa dewasanya cerita demikian tetap berpengaruh dalam jiwanya.
4). Metode bimbingan dan penyuluhan. Dengan metode ini manusia akan mampu mengatasi segala bentuk kesulitan hidup yang dialami atas dasar iman dan taqwa kepada Allah SWT. Dalam melaksanakan metode ini diperlukan suatu pendekatan melalui sikap yang lemah lembut dan lunak hati dengan gaya menuntun atau membimbing  kearah kebenaran.
5). Metode yang cukup besar pengaruhnya dalam mendidik adalah metode pemberian contoh dan teladan. Allah telah menunjukan bahwa contoh keteladanan dari kehidupan nabi Muhammad adalah banyak mengandung nilai paedagogis bagi manusia.
6). Metode diskusi. Melalui metode ini manusia didik dengan tujuan lebih memantapkan pengertian dan sikap pengetahuan mereka terhadap sesuatu masalah.
7). Metode soal-jawab. Para ahli pikir banyak mempergunakan metode soal-jawab karena metode ini termasuk yang paling tua dalam dunia pendidikan atau pengajaran disamping metode yang lain. Dengan metode soal-jawab pengertian dan pengaruh anak didik dapat lebih dimanfaatkan, sehingga segala bentuk kesalah pahaman, kelemahan daya tangkap terhadap pelajaran dapat dihindari.
8). Metode targhieb dan tarhieb yaitu cara memberikan pelajaran dengan memberi dorongan (motivasi) untuk memperoleh kegembiraan bila mendapatkan sukses dalam kebaikan, sedang bila tidak sukses karena tidak mau mengikuti petunjuk yang benar akan mendapat kesusahan.
9). Metode taubat dan ampunan yaitu cara membangkitkan jiwa dan rasa frustasi kapada kesegaran hidup dan optimisme dalam belajar seseorang, dengan memberikan kesempatan bertaubat dari kesalahan atau kekeliruan yang telah lampau yang diikuti dengan pengampunan atas dosa dan kesalahan.
            Dengan demikian, metode pendidikan Islam yang dikehendaki oleh umat Islam itu pada hakikatnya adalah “ methode of education through the teaching of Islam” (metode pendidikan melalui ajaran islam).  Dan masih banyak lagi metode-metode yang lain yang lebil dapat kita pertimbangkan untuk dipergunakan dalam mendidik subyek didik.
Jika makna pendidikan Islam telah terdistorsi oleh konsep-konsep dari Barat, maka konsepnya sudah tentu bergeser dari konsep dasar pendidikan Islam. Konsep pendidikan Islam mestinya tidak menghasilkan SDM yang memiliki sifat zulmjahl dan junun. Artinya produk pendidikan Islam tidak akan mengambil sesuatu yang bukan haknya, atau meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya (zalim), tidak menempuh cara yang salah dalam mencapai tujuan (jahil) dan tidak salah dalam menentukan tujuan hidup.
Oleh sebab itu pendidikan Islam harus di-reorientasikan pada konsep dasarnya, yaitu merujuk kepada pandangan hidup Islam, yang dimulai dengan konsep manusia. Karena konsep manusia adalah sentral maka harus dikembalikan kepada konsep dasar manusia yang disebut fitrah. Artinya pendidikan harus diartikan sebagai upaya mengembangkan individu sesuai dengan fitrahnya. Seperti yang tertuang dalam al-A’raf, 172 manusia di alam ruh telah bersyahadah bahwa Allah adalah Tuhannya. Inilah sebenarnya yang dimaksud hadith Nabi bahwa “manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah..”
Fitrah tidak hanya terdapat pada diri manusia, tapi juga pada alam semesta. Pada keduanya Allah meletakkan ayat-ayat. Namun karena fitrah manusia tidak cukup untuk memahami ayat-ayat kauniyyah, Allah menurunkan al-Qur’an sebagai bekal memahami ayat-ayat pada keduanyaPada ketiga realitas tersebut (diri, alam dan kalam Allah yakni al-Qur’an) terdapat ayat-ayat yang saling berkaitan dan tidak bertentangan. Oleh sebab itu jika manusia dengan fitrahnya melihat ayat-ayat kauniyyah melalui ayat-ayat qauliyyah, maka ia akan memperoleh hikmah.
Agar konsep dan praktek pendidikan Islam tidak salah arah, perlu disusun sesuai dengan fitrah manusia, fitrah alam semesta dan fitrah munazzalah, yaitu al-Qur’anJika proses pendidikan itu berjalan sesuai dengan fitrah, maka ia akan menghasilkan rasa berkeadilan dan sikap adil. Adil dalam Islam berarti meletakkan segala sesuatu pada tempat dan maqamnya. Artinya, pendidikan Islam harus mengandug unsur iman, ilmu dan amal agar anak didik dapat memilih yang baik dari yang jahat, jalan yang lurus dari yang sesat, yang benar (haqq) dari yang salah (batil).
Pendidikan Islam tidak hanya menekankan pada aspek kognitif (ta’lim) dan meninggalkan aspek afektif (amal dan akhlaq). Pendidikan yang terlalu intelektualistis juga bertentangan dengan fitrah. Al-Qur’an mensyaratkan agar fikir didahului oleh zikir (Ali Imran 191). Fikir yang tidak berdasarkan pada zikir hanya akan menghasilkan cendekiawan yang luas ilmunya tapi tidak saleh amalnya. Ilmu saja tanpa amal, menurut Imam al-Ghazzali adalah gila dan amal tanpa ilmu itu sombong. Dalam pendidikan Islam keimanan harus ditanamkan dengan ilmu, ilmu harus berdimensi iman, dan amal mesti berdasarkan ilmu. Begitulah, pendidikan Islam yang sesuai dengan fitrahnya, yaitu pendidikan yang beradab.

KESIMPULAN
1. Pendidikan Islam harus di-reorientasikan pada konsep dasarnya, yaitu merujuk kepada pandangan hidup Islam, yang dimulai dengan konsep manusia. Karena konsep manusia adalah sentral maka harus dikembalikan kepada konsep dasar manusia yang disebut fitrah.
2. Pendidikan Islam yang merupakan upaya sadar, terstruktur, terprogram dan sistematis yang bertujuan untuk membentuk manusia yang: (1) memiliki kepribadian Islam, (2) menguasai tsaqofah Islam, (3) menguasai ilmu pengetahuan (iptek) dan (4) memiliki ketrampilan yang memadai.
3. Seseorang yang bersikap dan bertingkah laku (bernafsiyyah) Islami adalah seseorang yang mampu mengendalikan semua dorongan pada dirinya agar tidak bertentangan dengan ketentuan Islam.
4. Pendidikan Islam tidak hanya menekankan pada aspek kognitif (ta’lim) dan meninggalkan aspek afektif (amal dan akhlaq). Pendidikan yang terlalu intelektualistis juga bertentangan dengan fitrah. Al-Qur’an mensyaratkan agar fikir didahului oleh zikir.
5. Menurut Imam al-Ghazzali adalah gila dan amal tanpa ilmu itu sombong. Dalam pendidikan Islam keimanan harus ditanamkan dengan ilmu, ilmu harus berdimensi iman, dan amal mesti berdasarkan ilmu.
6. Mengusai iptek dimaksudkan agar umat Islam dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifah Allah SWT dengan baik dan optimal di muka bumi ini.


DAFTAR PUSTAKA
  1. Tafsir, Ahmad, Dr.; 2004. “Ilmu Pendidikan Dalam perspektif Islam”. Bandung: Remaja Rosdakarya.
  2. Arifin, H.M, Prof, M.Ed.;1993. “Ilmu Pendidikan Islam”.Jakarta: Bumi Aksara.
  3. Arifin, H.M, Prof, M.Ed.; 1976. “Hubungan timbal balik pendidikan agama”. Jakarta. Bulan Bintang.