Jumat, 25 Oktober 2013

TAREKAT






By:  Nambeen dan Halimatus
PENDAHULUAN
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji bagi allah yang telah memberikan kita kekaguman serta keagungan hanya semata tertuju kepada Allah SWT . Dialah yang telah menganugrahkan kita sebagai makhluk yang mulia disisinya, dan dialah yang mengetahui makna dan maksud kandunganganya di zaman yang kita rasakan pada sekarang ini.Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Muhammad SAW, dan manusia Pilihannya.Dialah Rasulullah, Penyampai, serta Penafsir Pertama dan Utama terhadap Al-Qur’an Al-Karim.
Dengan pertolongan dan hidayahnyalah, kami dapat menyusun makalah ini. Sehingga makalah ini dapat tersusun dengan berdasarkan sesuai dengan pengarangnya.dengan adanya makalah yang kami susun ini tidakber maksud membelenggu minat pembaca Mahasiswa, tetapi mereka harus lebih mengetahui bagaimana cara menggali Tentang Tarekat-tarekat, Terutama didalam pelajaran Akhlak Tasawuf.
Demikianlah atas partisipasinya, Semoga dengan adanya makalah ini menjadi Motifasi bagi kita semua terutama di kalangan para pelajar/ Mahasiswa.
Wassamu’alaikum Wr.Wb.

TAREKAT
1.   Pengertian dan Tujuan Tarekat
Dari segi bahasa tarikat berasal dari Bahasa Arab “thariqat” Yang artinya jalan, keadaan, aliran atau garis pada sesuatu.jamil shaliba mengatakan secara harfiah tarikat berarti jalan yang terang,lurus yang memungkinkan sampai pada tujuan dengan selamat. Selanjutnya pengertian tarikat berbeda-beda menurut tinjauan masing-masing. 
Dikalangan muhaddisin tarikat digambarkan dalam dua arti yang asasi.
Pertama menggambarkan sesuatu yang tidak dibatasi terlebih dahulu (lancar),dan Kedua didasarkan pada sistem yang jelas yang dibatasi sebelumnya. Pendapat Harun Nasution mengatakan,Tarikat ialah  jalan yang harus ditempuh orang sufi dalam tujuan berada sedekat mungkin dengan tuhan.
          Hamka mengatakan bahwa diantara makhluk dan khaliq itu ada perjalanan hidup yang harus ditempuh.inilah yang kita katakan tarikat. Amalan dalam tarikat ditujukan untuk memperoleh hubungan sedekat mungkin (secara rohaniah) dengan Tuhan, yang bersifat spiritual bagi seorang sufi yang didalamnya berisi amalan ibadah. Oleh karena itu pula, seorang sufi haruslah sempurna dalam ilmu syariat dan hakeket. Disamping itu menjadi syekh atau sufi diperlukan syarat-syarat tertentu yang berpribadi akhlak karimah dan budi pekerti yang luhur. Sebagaimana dikatakan dalam Al-Qur’ an:
Ketahuilah: !Sesungguhnya Wali-wali Allah, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka,dan mereka pula tidak bersedih hati.Wali-wali Allah itu ialah orang-orang yang beriman serta mereka pula senantiasa bertaqwa.(Yunus:62-63).
          Tarikat merupakan jalan yang harus dilalui untuk mendekatkan diri kepada Allah,maka yang menjalankan tarikat itu harus menjalankan syariat dan memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
1.    Mempelajari ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan syariat agama.
2.    Mengamati dan berusaha semaksimal mungkin untuk mengikuti melaksanakan perintahnya dan meninggalkan larangannya.
3.    Tidak mencari-cari keringanan dalam beramal agar mencapai kesempurnaan yang hakiki.
4.   Berbuat dan mengisi waktu yang seefisien dengan segala wirid dan do’a guna pemantapan dan kehusyukan dalam mencapai maqomat (stasiun) yang lebih tinggi.
5.    Mengekang hawa nafsu agar terhindar dari kesalahan yang dapat menodai amal.[1]
2.  Sejarah dan Perkembangan Tarekat
          Ditinjau dari segi historisnya, kapan dan tarekat mana yang mula-mula timbul sebagai suatu lembaga, sulit diketahui dengan pasti.namun Dr. Kmil Musthafa Asy-syibi dalam tesisnya tentang tasawuf dan syi’ah mengungkapkan tokoh pertama yang memperkenalkan sistem thariqah (tarekat) itu Syekh Abdul Qadir Al-jailani (w.561 H/1166 M) di Baghdad.Sayyid Ahmad Ar-Rifa’i di Mesir dengan tarekat Rifa’iyyah, dan Jalal Ad-din Ar-rumi (w.672 H/1273 M) di Parsi.
Harun Nasution  menyatakan bahwa setelah Al-Ghazali menghalalkan tasawuf yang sebelumnyadikatakan sesat,tasawuf berkembang didunia islam, tetapi perkembangannya melalui tarekat. Tarekat adalah organisasi dari pengikat sufi-sufi besar. Mereka mendirikan Organisasi-organisasi untuk melestarikan ajaran-ajaran tasawuf gurunya. Maka, timbullah tarekat. Tarekat ini memakai suatu tempat pusat kegiatan yang disebut ribat(disebut juga zawiyah,hangkah,atau pekir).ini merupakan tempat murid-murid berkumpul melestarikan ajaran tasawufnya, ajaran tasawuf walinya, dan ajaran tasawuf syekhnya.
  Asal-usul tarekat(al-tariqah) Sufi dapat dirunut pada abad ke-3 dan 4 H (abad ke-9 dan 10M). Pada waktu itu tarekat berkembang pesat di Negeri-negeri seperti: Arab, Persia, Afghanistan dan Asia Tengah.Beberapa sufi terkemuka memiliki banyak sekali murid dan pengikut.
Pada masa itu ilmu tarekat dan teori tentang maqam (peringkat kerohanian) dan hal (jamaknya ahwal, keadaan rohani). Diantara maqam penting yang ingin dicapai oleh seorang penempuh jalan tasawuf ialah mahabbah atau isy’q (cinta),fana’ (hapusnya diri/nafs yang rendah).baqa(rasa hidup kekal dalam yang satu),ma’rifa (makrifat) dan ittihad (persatuan mistikal),serta kasyf (tersingkapnya penglihatan hati).
Kehidupan para sufi abad 3-4 H merupakan kritik terhadap kemewahan hidup para penguasa dan kecendrungan orientasi hidup masyarak muslim pada materialisme. Keadaan ini memberikan sumbangsih pada terjadinya degradasi moral masyarakat. Keadaan politik yang penuh ketegangan juga memberikan peran bagi pertumbuhan sufisme abad tersebut.Maraknya praktek sufisme dan tarekat di abad ke  12-13 M juga tidak lepas dari dinamika sosio-politik dunia islam.
Pada awal kemunculannya, tarekat berkembang dari dua daerah, yaitu Khurasan dan Mesopotamia (Irak). Pada periode ini mulai timbul beberapa, di antaranya tarekat Yasafiyahyang didirikan oleh Ahmad Al-yasafi (w. 562 H/1169 M),tarekat khawajagawiyah oleh Abd Al-khaliq Al-ghuzdawani (w. 617 H/1220 M),tarekat Naqsabandiyah, yang didirikan oleh Muhammad Bahauddin An-Naqsabandi Al-Awisi Al-Bukhori (w. 1389 M) di Turkista, tarekat khalwatiyah yang didirikan oleh Umar Al-Khawati (w. 1397 M).
Didaerah Mesopatamia masih banyak tarekat yang muncul dalam periode ini dan cukup terkenal, tetapi tidak termasuk rumpu Al-Junaid. Tarekat-tarekat ini antara lain adalah :
1.    Tarekat Qadiriyah yang didirikan oleh Muhy Ad-Din Abd Al-Qadir Al-jailani (471 H/ 1078 M).
2.    Tarekat Syadziliyah Yang dinisbatkan kepada Nur Ad-Din Ahmad Asy-Syadzili (593-656 H/1196-1258 M).
3.    Tarekat Rifa’iyah yang didirikan oleh Ahmad bin Ali Ar-Rifa’i (1106-1182)
Tarekat yang tergolong kepada Qadiriyah ini cukup banyak dan tersebar keseluruh negeri islam. Tarekat Faridiyah di Mesir yang dinisbatkan kepada Umar bin Al-Farid (1234 M) Yang kemudian mengilhami tarekat  Sanusiyah (Muhammad bin Ali As-Sanusi 1787-1859 M) melalui tarekat Idrisiyah (Ahmad bin Idris) di Afrika Utara merupakan Qadiriyah yang masuk ke India melalui Muhammad Al-Ghawath (1517 M) Yang kemudian dikenal dengan tarekat Al-Ghawathiyah Al-Mi’rajiyah dan di Turki dikembangkan oleh Ismail Ar-Rumi (1041 H/1631).
Karena banyaknya cabang-cabang tarekat yang timbul dari tiap-tiap tarekat induk, sangat sulit untuk menelusuri sejarah perkembangan tarekat itu secara sistematis dan konsepsional.Akan tetapi yang jelas sesuai dengan penjelasan Harun Nasution, cabang-cabang itu muncul akibat tersebarnya alumni suatu tarekat yang mendapat ijazah tarekat dari gurunya untuk membuka perguruan baru sebagai perluasan dari ilmu yang diperolehnya. Alumni tadi meninggalkan ribat gurunya dan membuka ribat baru didaerah lain. Dengan cara ini dari satu ribat induk kemudian timbul ribat cabang dari ribat cabang tumbuh ribat ranting dan seterusnya, sampai tarekat itu berkembang ke nerbegai dunia islam. Namun ribat-ribat tersebut tetap mempunyai ikatan kerohanian, ketaatan dan amalan-amalan yang sama dengan syekhnya yang pertama.
Dalam seluruh tarekat terdapat kegiatan ritual sentral yang melibatkan pertemuan-pertemuan kelompok secara teratur untuk melakukan pembacaan do’a, syair dan ayat-ayat pilihan dari Al-Qur’an. Pertemuan ini lajim digambarkan sebagai tindakan mengingat Allah atau Dzikir. Selain itu kegiatan-kegiatan  ibadah harian bagi para pengikut juga ditetapkan ,sebagaimana kegiatan lain, seperti meditasi khusus, asketisme dan ibadah. Beberapa do’a khusus dari masa awal sufi kemudiandi gunakan secara luas, sementara struktur dan format ritual yang menjadi karakter khas tarekat tersebut disiapkan oleh individu yang mendirikan tarekat. Pendiri tarekat merupakan pembimbing spiritual bagi seluruh pengikut didalam tarekat, yang mengucapkan sumpah setia khusus kepadanya sebagai syekh atau guru mereka.Dengan berlanjutnya tarekat, catatan mengena penerusan ritual itu akan di pelihara dalm suatu rantai keturunan spiritual, yang disebut silsilah, yang menyatakan bahwa orang yang mengambil tarekat dari seorang syekh, yang mengambilnya dari syekh lain dari suatu garis yang berlanjut mundur hingga ke pendirinya, dan kemudian biasanya dari pendiri hingga ke  Nabi Muhammad SAW.Dengan semakin mantapnya tareka,kepemimpinan akan [2]beralih dari satu syekh kepada syekh berikutnya, kadang-kadang masih dalam satu keluarga dan kadang-kadang atas dasar senioritas spiritual didalam tarekat. Pada suatu masa, seorang pengikut akan mencapai sederajat yang mencapai dari kekhasan yang khusus sehingga do’a-do’anya akan mewakili anak cabang yang diakui di dalam tarekat yang lebih besar. Pada masa yang lain pengikut semacam itu di pandang sebagai pemrakarsa keseluruhan tarekat  baru.
3.    Tarekat di Indonesia
Beberapa sumber menyebutkan bahwa ajaran tarekat baru muncul pada abad ke-11, yakni sejak Abdul Qadir Jilani memperkenalkan Tarekat Qadiriyah di Baghdad. Namunpraktik  kesufian atau tasawuf diduga sudah ada sejak agama islam muncul.
Berbicara tentang tarekat di indonesia tentu tidak akan bisa lepas dari agama islam. Isam berasal dari jazirah arab di bawa oleh Rasulullah, kemudian diteruskan masa Khulafa Ar-Rasyidin ini mengalami perkembangan yang pesat. Penyebarluasan islam ini bergerak keseluruh penjuru dunia. Islam datang membawa rahmat bagi seluruh umat manusia.
Ada beberapa hal yang menjadi penting dalam pembahasan sejarah perkrmbangan tarekat di Indonesia, yakni :
I.     Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Tarekat
Didunia islam Tasawuf telah menjadi kegiatan keislaman dan telah menjadi sebuah disiplin ilmu tersendiri. Landasan yang terdiri dari ajaran, nilai, moral dan etika, kebajikan, kearifan, keikhlasan serta olah jiwa dalam suatu kekhusyukan telah terpancang kokoh. Sebelum ilmu tasawuf ini membuka pengaruh mistis keyakinan dan kepercayaan sekaligus lepas dari saling keterpengaruhan dengan berbagai kepercayaan atau mistis lainnya. Sehingga kajian tasawuf dan tarekat tidak bisa di pisahkan dengan kajian terhadap pelaksananya di lapangan.
Dalam hal ini praktek Ubudiyah dan muamalah dalam tarekat walaupun sebenarnya kegiatan tarekat sebagai sebuah institusi lahir belasan abad sesudah adanya contoh konkrit pendekatan kepada Allah yang telah di contohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Kemudian diteruskan oleh Sahabat-sahabatnya., Tabi’in, dan seterusnya sampai kepada Auliyaullah, dan sampai sekarang ini. Garis yang menyambung sejak Nabi hingga sampai Syaikh tarekat yang hidup saat ini yang lazimnya dikenal dengan Silsilah Tarekat.
Tumbuhnya tarekat dalam islam sesungguhnya bersamaan dengan kelahiran agama islam, yaitu ketika Nabi Muhammad SAW  Diutus menjai Rasul. Fakta sejarah menunjukkan bahwa pribadi Muhammad SAW  sebelum di angkat menjadi Rasul telah berulang kali bertakhannus atau berkhalwat di Gua Hira.disamping itu untuk mengasingkan diri dari masyarakat Mekah yang sedang mampu mengikuti hawa nafsu keduniaan.Takhannus dan Khalwat Nabi adalah untuk mencari ketenangan jiwa dan kebersihan hati dalam menempuh problematika dunia yang kompleks. Proses khalwat yang di lakukan Nabi tersebut dikenal dengan Tarekat. Kemudian di ajarkan kepada Sayyidina Ali RA. Dan dri situlah kemudian Ali mengajarkan kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya sampai kepada Syaikh Abd Qadir Djailani, yang dikenal sebagai penditi Tarekat Qadiriyah.
II.  Periodisasi Sejarah Perkembangan Tarekat di Indonesia
Kekurangan informasi yang bersumber dari fakta peninggalan Agama Islam. Para Kiai dan ulama kurang dan bahkan dapat dikatakan tidak memiliki pengertian perlunya penulisan sejarah. Tidaklah mengherankan bila hal ini menjadisalah satu sebab sulitnya menemukan fakta tentang masa lampau di indonesia. Islam di Indonesia  tidak sepenuhnya seperti yang digariskan Al-Qur’an dan Sunnah saja, pendapat ini didasarkan pada kenyaaan bahwa kitab-kitab fiqih itu dijadikan referensi dalam memahami ajaran islam di berbagai pesantren, bahkan di  jadikan rujukan oleh para hakim dalam memutuskan perkara di pengadilan-pengadilan Agama.Islam Di Asia Tenggara mengalami Tiga Tahap : Pertama, islam  disebarkan oleh para pedagang yang berasal darinArab, India dan Persia disekitar pelabuhan(terbatas). Kedua, datang dan berkuasanya Belanda di Indonesia, Iinggris di semenanjung Malaya, dan Spanyol di Filiphina, sampai Abad XIX M.Ketiga, [3]tahap liberalisasi kebijakan pemerintah kolonia, terutama Belanda di Indonesia.Indonesia yang terletak di antara Dua Benua dan Dua Samudera, yang memungkinkan terjadinya perubahan sejarah yang sangat cepat. Keterbukaan menjadi pengaruh luar tidak dapat dihindari. Pengaruh yang diserap dan kemudian disesuaikan denganbudaya yang dimilinya, maka lahirlah dalam bentuk yang baru khas Indonesia. Misalnya : Lahirnya Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah, dua tarekat yang disatukan oleh syaikh Ahmad Khatib As-Sambasyi dari berbagai pengaruh budaya yang mencoba memasuki relung hati bangsa Indonesia,  Kiranya islam sebagai agama wahyu berhasil memberikan bentukan jati diri yang mendasar. Islam berhasil tetap eksis ditengah keberadaan dan dapat dijadikan syimbol kesatuan. Bebagai Agama lainnya hanya mendapatkan tempat disebagian kecil rakyat Indonesia. Keberadaan islam di rakyat Indonesia di hantarkan dengan penuh kelembutan oleh para sufi melalui kelembagaan tarekatnya, yang diterima oleh rakyat sebagai ajaran baru yang sejalan dengan tututan nuraninya.
TOKOH-TOKOH PERINTIS TAREKAT DI INDONESIA

Beberapa tokoh yang di anggap sebagai perintis ajaran di Indonesia di antaranya :
          Hamzah Fansuri (w.1590), Syamsuddin Al-Sumatrani (w.1630), Nuruddin Al-Ranir  (1637-1644), Syekh Yusf Al-Makasari (1626-1699), Abdul Basir Al-Dharir Al-khalwati alias Tuang Rappang I Wodi, Abdul Shamad Al-Palimbani, Nafis Al-Banjari,Syekh Ahmad Khatib Smbas (w.1873), Syekh Abdul Karim Al-Bantani, Kyai Thalhah dari Cirebon, dan Kyai Ahmad Hasbullah dari Madura.
          Tiga nama terakhir, syekh Abdul Karim  Al-Bantani, Kyai Thalhah, dan Kyai Ahmad Hasbullah adalah muri-murid dari Syekh Ahmad Khatib Karim Al-Bantanibeberapa tahun pulang ke banten kemudian kembali lagi mekah menjadi Syaikh menggantikan Khatis Sambas.Kyai Thalhah mengajarkan tarekat di Cirebon, dari garis beliau lahir beberapa tokoh tarekat di antanya Syekh Abdul Mu’in yang mendirikan pesantren di Ciasem Subang,Pangeran Sulendraningrat di Cirebon,dan Abah Sepuh pendiri Pesantren Suryalaya Tasikmalaya. Sedangkan dari garis Kyai Ahmad Hasbullah, muncul banyak nama dari klan Hasyim As’ari pendiri Pesantren Tebu Ireng Jombang.[4]

Kesimpulan
Tarekat ialah “Jalan” yang ditempuh para sufi dan dapat digambarkan sebagai jalan yang berpangkal dari syariat, sebaba jalan utama disebut syar, sedangkan anak jalan disebut thariq. Perkembangan tarekat merupakan pendidikan akhlak dan jiwa bagi yang merupaka paduan khas, metode dan ritual. Tarekat di indonesia juga memiliki suatu keislaman yang telah menjadi sebuah disiplin landasan yang terdiri dari ajaran, nilai, moral dan etika. Tumbuhnya tarekat islam sesungguhnya bersamaan dengan kelahiran agama islam, untuk mencari ketenangan jiwa dan kebersihan hati dalam menempuh problematika dunia yang kompleks.
DAFTAR PUSTAKA
Solihin, M. Prof. Dr., dan Rosihin Anwar, Dr.,Ilmu Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia,2008.
Nata, Abuddin. Prof. Dr. H., Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011.                                                                                             
http///.Syekh Muhammad Amin Al-Khurdi,Tarekat di Indonesia dan Perkembangannya.


[1] Prof.Dr.H.Abuddin Nata,M.A. Akhlak tasawuf(PT.Rajagrafindo persada,Jakarta:2010)hal.269
[2] Prof. Dr.M.Solihin, M.Ag.Ilmu Tasawuf(Pustaka Setia,Bandung:2008)hal.206
[3] http///:Syekh Muhammad Amin Al-khurdi,Tarekat di Indonesia dan Perkembangannya.
[4] Ibid.,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar