By: Nambeen dan Halimatus
PENDAHULUAN
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji bagi allah yang
telah memberikan kita kekaguman serta keagungan hanya semata tertuju kepada
Allah SWT . Dialah yang telah menganugrahkan kita sebagai makhluk yang mulia
disisinya, dan dialah yang mengetahui makna dan maksud kandunganganya di zaman
yang kita rasakan pada sekarang ini.Shalawat dan salam semoga tercurah kepada
Muhammad SAW, dan manusia Pilihannya.Dialah Rasulullah, Penyampai, serta
Penafsir Pertama dan Utama terhadap Al-Qur’an Al-Karim.
Dengan pertolongan dan
hidayahnyalah, kami dapat menyusun makalah ini. Sehingga makalah ini dapat
tersusun dengan berdasarkan sesuai dengan pengarangnya.dengan adanya makalah
yang kami susun ini tidakber maksud membelenggu minat pembaca Mahasiswa, tetapi
mereka harus lebih mengetahui bagaimana cara menggali Tentang Tarekat-tarekat,
Terutama didalam pelajaran Akhlak Tasawuf.
Demikianlah atas
partisipasinya, Semoga dengan adanya makalah ini menjadi Motifasi bagi kita
semua terutama di kalangan para pelajar/ Mahasiswa.
Wassamu’alaikum Wr.Wb.
TAREKAT
1. Pengertian dan Tujuan
Tarekat
Dari
segi bahasa tarikat berasal dari Bahasa Arab “thariqat” Yang artinya jalan, keadaan, aliran atau garis pada
sesuatu.jamil shaliba mengatakan secara harfiah tarikat berarti jalan yang terang,lurus
yang memungkinkan sampai pada tujuan dengan selamat. Selanjutnya pengertian
tarikat berbeda-beda menurut tinjauan masing-masing.
Dikalangan
muhaddisin tarikat digambarkan dalam dua arti yang asasi.
Pertama
menggambarkan sesuatu yang tidak dibatasi terlebih dahulu (lancar),dan Kedua
didasarkan pada sistem yang jelas yang dibatasi sebelumnya. Pendapat Harun
Nasution mengatakan,Tarikat ialah jalan
yang harus ditempuh orang sufi dalam tujuan berada sedekat mungkin dengan
tuhan.
Hamka mengatakan bahwa diantara
makhluk dan khaliq itu ada perjalanan hidup yang harus ditempuh.inilah yang
kita katakan tarikat. Amalan dalam tarikat ditujukan untuk memperoleh hubungan
sedekat mungkin (secara rohaniah) dengan Tuhan, yang bersifat spiritual bagi
seorang sufi yang didalamnya berisi amalan ibadah. Oleh karena itu pula,
seorang sufi haruslah sempurna dalam ilmu syariat dan hakeket. Disamping itu
menjadi syekh atau sufi diperlukan syarat-syarat tertentu yang berpribadi
akhlak karimah dan budi pekerti yang luhur. Sebagaimana dikatakan dalam Al-Qur’
an:
Ketahuilah: !Sesungguhnya Wali-wali
Allah, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka,dan mereka pula tidak bersedih
hati.Wali-wali Allah itu ialah orang-orang yang beriman serta mereka pula
senantiasa bertaqwa.(Yunus:62-63).
Tarikat merupakan jalan yang harus
dilalui untuk mendekatkan diri kepada Allah,maka yang menjalankan tarikat itu
harus menjalankan syariat dan memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
1.
Mempelajari ilmu pengetahuan
yang berkaitan dengan syariat agama.
2.
Mengamati dan berusaha
semaksimal mungkin untuk mengikuti melaksanakan perintahnya dan meninggalkan
larangannya.
3.
Tidak mencari-cari
keringanan dalam beramal agar mencapai kesempurnaan yang hakiki.
4.
Berbuat dan mengisi waktu
yang seefisien dengan segala wirid dan do’a guna pemantapan dan kehusyukan
dalam mencapai maqomat (stasiun) yang lebih tinggi.
5.
Mengekang
hawa nafsu agar terhindar dari kesalahan yang dapat menodai amal.[1]
2. Sejarah dan Perkembangan
Tarekat
Ditinjau dari segi historisnya, kapan
dan tarekat mana yang mula-mula timbul sebagai suatu lembaga, sulit diketahui
dengan pasti.namun Dr. Kmil Musthafa Asy-syibi dalam tesisnya tentang tasawuf
dan syi’ah mengungkapkan tokoh pertama yang memperkenalkan sistem thariqah
(tarekat) itu Syekh Abdul Qadir Al-jailani (w.561 H/1166 M) di Baghdad.Sayyid
Ahmad Ar-Rifa’i di Mesir dengan tarekat Rifa’iyyah, dan Jalal Ad-din Ar-rumi
(w.672 H/1273 M) di Parsi.
Harun Nasution menyatakan bahwa setelah Al-Ghazali
menghalalkan tasawuf yang sebelumnyadikatakan sesat,tasawuf berkembang didunia
islam, tetapi perkembangannya melalui tarekat. Tarekat adalah organisasi dari
pengikat sufi-sufi besar. Mereka mendirikan Organisasi-organisasi untuk
melestarikan ajaran-ajaran tasawuf gurunya. Maka, timbullah tarekat. Tarekat
ini memakai suatu tempat pusat kegiatan yang disebut ribat(disebut juga zawiyah,hangkah,atau
pekir).ini merupakan tempat
murid-murid berkumpul melestarikan ajaran tasawufnya, ajaran tasawuf walinya,
dan ajaran tasawuf syekhnya.
Asal-usul
tarekat(al-tariqah) Sufi dapat dirunut pada abad ke-3 dan 4 H (abad ke-9 dan
10M). Pada waktu itu tarekat berkembang pesat di Negeri-negeri seperti: Arab,
Persia, Afghanistan dan Asia Tengah.Beberapa sufi terkemuka memiliki banyak
sekali murid dan pengikut.
Pada masa itu ilmu tarekat dan teori
tentang maqam (peringkat kerohanian) dan hal (jamaknya ahwal, keadaan rohani).
Diantara maqam penting yang ingin dicapai oleh seorang penempuh jalan tasawuf
ialah mahabbah atau isy’q (cinta),fana’ (hapusnya diri/nafs yang rendah).baqa(rasa hidup kekal dalam yang satu),ma’rifa (makrifat) dan ittihad (persatuan mistikal),serta kasyf (tersingkapnya penglihatan hati).
Kehidupan para sufi abad 3-4 H merupakan
kritik terhadap kemewahan hidup para penguasa dan kecendrungan orientasi hidup
masyarak muslim pada materialisme. Keadaan ini memberikan sumbangsih pada
terjadinya degradasi moral masyarakat. Keadaan politik yang penuh ketegangan
juga memberikan peran bagi pertumbuhan sufisme abad tersebut.Maraknya praktek
sufisme dan tarekat di abad ke 12-13 M
juga tidak lepas dari dinamika sosio-politik dunia islam.
Pada awal kemunculannya,
tarekat berkembang dari dua daerah, yaitu Khurasan dan Mesopotamia (Irak). Pada
periode ini mulai timbul beberapa, di antaranya tarekat Yasafiyahyang didirikan
oleh Ahmad Al-yasafi (w. 562 H/1169 M),tarekat khawajagawiyah oleh Abd Al-khaliq Al-ghuzdawani (w. 617 H/1220
M),tarekat Naqsabandiyah, yang
didirikan oleh Muhammad Bahauddin An-Naqsabandi Al-Awisi Al-Bukhori (w. 1389 M)
di Turkista, tarekat khalwatiyah yang
didirikan oleh Umar Al-Khawati (w. 1397 M).
Didaerah Mesopatamia masih
banyak tarekat yang muncul dalam periode ini dan cukup terkenal, tetapi tidak
termasuk rumpu Al-Junaid. Tarekat-tarekat ini antara lain adalah :
1.
Tarekat Qadiriyah yang didirikan oleh Muhy Ad-Din Abd Al-Qadir Al-jailani
(471 H/ 1078 M).
2.
Tarekat Syadziliyah Yang dinisbatkan kepada Nur Ad-Din Ahmad Asy-Syadzili
(593-656 H/1196-1258 M).
3.
Tarekat Rifa’iyah yang didirikan oleh Ahmad bin Ali Ar-Rifa’i (1106-1182)
Tarekat yang tergolong
kepada Qadiriyah ini cukup banyak dan tersebar keseluruh negeri islam. Tarekat Faridiyah di Mesir yang dinisbatkan
kepada Umar bin Al-Farid (1234 M) Yang kemudian mengilhami tarekat Sanusiyah (Muhammad bin Ali As-Sanusi
1787-1859 M) melalui tarekat Idrisiyah (Ahmad bin Idris) di Afrika Utara
merupakan Qadiriyah yang masuk ke India melalui Muhammad Al-Ghawath (1517 M)
Yang kemudian dikenal dengan tarekat Al-Ghawathiyah Al-Mi’rajiyah dan di Turki
dikembangkan oleh Ismail Ar-Rumi (1041 H/1631).
Karena banyaknya
cabang-cabang tarekat yang timbul dari tiap-tiap tarekat induk, sangat sulit
untuk menelusuri sejarah perkembangan tarekat itu secara sistematis dan
konsepsional.Akan tetapi yang jelas sesuai dengan penjelasan Harun Nasution,
cabang-cabang itu muncul akibat tersebarnya alumni suatu tarekat yang mendapat
ijazah tarekat dari gurunya untuk membuka perguruan baru sebagai perluasan dari
ilmu yang diperolehnya. Alumni tadi meninggalkan ribat gurunya dan membuka ribat
baru didaerah lain. Dengan cara ini dari satu ribat induk kemudian timbul ribat
cabang dari ribat cabang tumbuh ribat ranting dan seterusnya, sampai
tarekat itu berkembang ke nerbegai dunia islam. Namun ribat-ribat tersebut
tetap mempunyai ikatan kerohanian, ketaatan dan amalan-amalan yang sama dengan
syekhnya yang pertama.
Dalam seluruh tarekat
terdapat kegiatan ritual sentral yang melibatkan pertemuan-pertemuan kelompok
secara teratur untuk melakukan pembacaan do’a, syair dan ayat-ayat pilihan dari
Al-Qur’an. Pertemuan ini lajim digambarkan sebagai tindakan mengingat Allah
atau Dzikir. Selain itu kegiatan-kegiatan
ibadah harian bagi para pengikut juga ditetapkan ,sebagaimana kegiatan
lain, seperti meditasi khusus, asketisme dan ibadah. Beberapa do’a khusus dari
masa awal sufi kemudiandi gunakan secara luas, sementara struktur dan format
ritual yang menjadi karakter khas tarekat tersebut disiapkan oleh individu yang
mendirikan tarekat. Pendiri tarekat merupakan pembimbing spiritual bagi seluruh
pengikut didalam tarekat, yang mengucapkan sumpah setia khusus kepadanya
sebagai syekh atau guru mereka.Dengan berlanjutnya tarekat, catatan mengena
penerusan ritual itu akan di pelihara dalm suatu rantai keturunan spiritual,
yang disebut silsilah, yang
menyatakan bahwa orang yang mengambil tarekat dari seorang syekh, yang
mengambilnya dari syekh lain dari suatu garis yang berlanjut mundur hingga ke
pendirinya, dan kemudian biasanya dari pendiri hingga ke Nabi Muhammad SAW.Dengan semakin mantapnya
tareka,kepemimpinan akan [2]beralih
dari satu syekh kepada syekh berikutnya, kadang-kadang masih dalam satu
keluarga dan kadang-kadang atas dasar senioritas spiritual didalam tarekat.
Pada suatu masa, seorang pengikut akan mencapai sederajat yang mencapai dari
kekhasan yang khusus sehingga do’a-do’anya akan mewakili anak cabang yang
diakui di dalam tarekat yang lebih besar. Pada masa yang lain pengikut semacam
itu di pandang sebagai pemrakarsa keseluruhan tarekat baru.
3. Tarekat
di Indonesia
Beberapa
sumber menyebutkan bahwa ajaran tarekat baru muncul pada abad ke-11, yakni
sejak Abdul Qadir Jilani memperkenalkan Tarekat Qadiriyah di Baghdad.
Namunpraktik kesufian atau tasawuf
diduga sudah ada sejak agama islam muncul.
Berbicara
tentang tarekat di indonesia tentu tidak akan bisa lepas dari agama islam. Isam
berasal dari jazirah arab di bawa oleh Rasulullah, kemudian diteruskan masa
Khulafa Ar-Rasyidin ini mengalami perkembangan yang pesat. Penyebarluasan islam
ini bergerak keseluruh penjuru dunia. Islam datang membawa rahmat bagi seluruh
umat manusia.
Ada
beberapa hal yang menjadi penting dalam pembahasan sejarah perkrmbangan tarekat
di Indonesia, yakni :
I. Sejarah Pertumbuhan dan
Perkembangan Tarekat
Didunia
islam Tasawuf telah menjadi kegiatan keislaman dan telah menjadi sebuah
disiplin ilmu tersendiri. Landasan yang terdiri dari ajaran, nilai, moral dan
etika, kebajikan, kearifan, keikhlasan serta olah jiwa dalam suatu kekhusyukan
telah terpancang kokoh. Sebelum ilmu tasawuf ini membuka pengaruh mistis
keyakinan dan kepercayaan sekaligus lepas dari saling keterpengaruhan dengan
berbagai kepercayaan atau mistis lainnya. Sehingga kajian tasawuf dan tarekat
tidak bisa di pisahkan dengan kajian terhadap pelaksananya di lapangan.
Dalam
hal ini praktek Ubudiyah dan muamalah dalam tarekat walaupun sebenarnya
kegiatan tarekat sebagai sebuah institusi lahir belasan abad sesudah adanya
contoh konkrit pendekatan kepada Allah yang telah di contohkan oleh Nabi
Muhammad SAW. Kemudian diteruskan oleh Sahabat-sahabatnya., Tabi’in, dan
seterusnya sampai kepada Auliyaullah, dan sampai sekarang ini. Garis yang
menyambung sejak Nabi hingga sampai Syaikh tarekat yang hidup saat ini yang
lazimnya dikenal dengan Silsilah Tarekat.
Tumbuhnya
tarekat dalam islam sesungguhnya bersamaan dengan kelahiran agama islam, yaitu
ketika Nabi Muhammad SAW Diutus menjai
Rasul. Fakta sejarah menunjukkan bahwa pribadi Muhammad SAW sebelum di angkat menjadi Rasul telah
berulang kali bertakhannus atau berkhalwat di Gua Hira.disamping itu
untuk mengasingkan diri dari masyarakat Mekah yang sedang mampu mengikuti hawa
nafsu keduniaan.Takhannus dan Khalwat Nabi adalah untuk mencari ketenangan jiwa
dan kebersihan hati dalam menempuh problematika dunia yang kompleks. Proses
khalwat yang di lakukan Nabi tersebut dikenal dengan Tarekat. Kemudian di
ajarkan kepada Sayyidina Ali RA. Dan dri situlah kemudian Ali mengajarkan
kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya sampai kepada Syaikh Abd Qadir Djailani,
yang dikenal sebagai penditi Tarekat Qadiriyah.
II. Periodisasi Sejarah
Perkembangan Tarekat di Indonesia
Kekurangan
informasi yang bersumber dari fakta peninggalan Agama Islam. Para Kiai dan
ulama kurang dan bahkan dapat dikatakan tidak memiliki pengertian perlunya
penulisan sejarah. Tidaklah mengherankan bila hal ini menjadisalah satu sebab
sulitnya menemukan fakta tentang masa lampau di indonesia. Islam di
Indonesia tidak sepenuhnya seperti yang
digariskan Al-Qur’an dan Sunnah saja, pendapat ini didasarkan pada kenyaaan
bahwa kitab-kitab fiqih itu dijadikan referensi dalam memahami ajaran islam di
berbagai pesantren, bahkan di jadikan
rujukan oleh para hakim dalam memutuskan perkara di pengadilan-pengadilan
Agama.Islam Di Asia Tenggara mengalami Tiga Tahap : Pertama, islam disebarkan oleh para pedagang yang berasal
darinArab, India dan Persia disekitar pelabuhan(terbatas). Kedua, datang dan
berkuasanya Belanda di Indonesia, Iinggris di semenanjung Malaya, dan Spanyol
di Filiphina, sampai Abad XIX M.Ketiga, [3]tahap
liberalisasi kebijakan pemerintah kolonia, terutama Belanda di
Indonesia.Indonesia yang terletak di antara Dua Benua dan Dua Samudera, yang
memungkinkan terjadinya perubahan sejarah yang sangat cepat. Keterbukaan
menjadi pengaruh luar tidak dapat dihindari. Pengaruh yang diserap dan kemudian
disesuaikan denganbudaya yang dimilinya, maka lahirlah dalam bentuk yang baru
khas Indonesia. Misalnya : Lahirnya Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah, dua
tarekat yang disatukan oleh syaikh Ahmad Khatib As-Sambasyi dari berbagai
pengaruh budaya yang mencoba memasuki relung hati bangsa Indonesia, Kiranya islam sebagai agama wahyu berhasil
memberikan bentukan jati diri yang mendasar. Islam berhasil tetap eksis
ditengah keberadaan dan dapat dijadikan syimbol kesatuan. Bebagai Agama lainnya
hanya mendapatkan tempat disebagian kecil rakyat Indonesia. Keberadaan islam di
rakyat Indonesia di hantarkan dengan penuh kelembutan oleh para sufi melalui
kelembagaan tarekatnya, yang diterima oleh rakyat sebagai ajaran baru yang
sejalan dengan tututan nuraninya.
TOKOH-TOKOH PERINTIS TAREKAT DI
INDONESIA
Beberapa tokoh yang di anggap
sebagai perintis ajaran di Indonesia di antaranya :
Hamzah
Fansuri (w.1590), Syamsuddin Al-Sumatrani (w.1630), Nuruddin Al-Ranir (1637-1644), Syekh Yusf Al-Makasari
(1626-1699), Abdul Basir Al-Dharir Al-khalwati alias Tuang Rappang I Wodi,
Abdul Shamad Al-Palimbani, Nafis Al-Banjari,Syekh Ahmad Khatib Smbas (w.1873),
Syekh Abdul Karim Al-Bantani, Kyai Thalhah dari Cirebon, dan Kyai Ahmad
Hasbullah dari Madura.
Tiga
nama terakhir, syekh Abdul Karim
Al-Bantani, Kyai Thalhah, dan Kyai Ahmad Hasbullah adalah muri-murid
dari Syekh Ahmad Khatib Karim Al-Bantanibeberapa tahun pulang ke banten
kemudian kembali lagi mekah menjadi Syaikh menggantikan Khatis Sambas.Kyai
Thalhah mengajarkan tarekat di Cirebon, dari garis beliau lahir beberapa tokoh
tarekat di antanya Syekh Abdul Mu’in yang mendirikan pesantren di Ciasem
Subang,Pangeran Sulendraningrat di Cirebon,dan Abah Sepuh pendiri Pesantren
Suryalaya Tasikmalaya. Sedangkan dari garis Kyai Ahmad Hasbullah, muncul banyak
nama dari klan Hasyim As’ari pendiri Pesantren Tebu Ireng Jombang.[4]
Kesimpulan
Tarekat ialah “Jalan” yang
ditempuh para sufi dan dapat digambarkan sebagai jalan yang berpangkal dari
syariat, sebaba jalan utama disebut syar,
sedangkan anak jalan disebut thariq.
Perkembangan tarekat merupakan pendidikan akhlak dan jiwa bagi yang merupaka
paduan khas, metode dan ritual. Tarekat di indonesia juga memiliki suatu
keislaman yang telah menjadi sebuah disiplin landasan yang terdiri dari ajaran,
nilai, moral dan etika. Tumbuhnya tarekat islam sesungguhnya bersamaan dengan
kelahiran agama islam, untuk mencari ketenangan jiwa dan kebersihan hati dalam
menempuh problematika dunia yang kompleks.
DAFTAR
PUSTAKA
Solihin, M. Prof. Dr., dan Rosihin
Anwar, Dr.,Ilmu Tasawuf, Bandung: CV
Pustaka Setia,2008.
Nata, Abuddin. Prof. Dr. H., Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011.
http///.Syekh
Muhammad Amin Al-Khurdi,Tarekat di
Indonesia dan Perkembangannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar